digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Berkembangnya teknologi dan tantangan dalam kehidupan urban sejalan dengan tingginya tingkat stres yang menjadi sumber utama manusia menjadi sakit. Proses penyembuhan yang mengurangi tekanan dan rasa cemas menjadi sebuah tren pada pertumbuhan fasilitas hospitality yang mengakomodasi kegiatan healing yaitu penciptaan suasana nyaman dan tenang. Peran arsitektur ditempatkan pada perancangan ruang yang menampung kegiatan penyembuhan tersebut dan dapat membantu proses penyembuhan yang serta merta didukung oleh lingkungan sekitar. Pada dasarnya lingkungan yang merelaksasi merupakan lingkungan yang dapat mengurangi stres dan diketahui bahwa media penciptaan suasana, emosi dan persepsi manusia terhadap suatu ruang adalah panca indera dasar manusia. Penggunaan panca indera berupa; penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba, menjadi cara terbaik menghilangkan stres. Studi preseden berupa fasilitas-fasilitas healing yang dianggap berhasil mampu membantu proses penyembuhan menjadi data utama dalam penyusunan kriteria perancangan. Analisis dari kajian teori dan preseden dijabarkan bahwa fasilitas healing mengakomodasi kegiatan melihat pemandangan eksisting, mencium wewangian bunga kamboja, meraba tekstur rumput, merasakan tanaman herbal dan mendengar gemericik air sebagai perancangan lingkungan yang dapat membantu proses penyembuhan. Maka dari itu rancangan healing village dengan pengembangan konsep healing architecture berupa penggunaan panca indera dapat membantu proses penyembuhan. Elemen-elemen arsitektur pada fasilitas healing berupa healing garden, area yoga dan meditasi, area spa dan pendukungnya yang menampung kegiatan healing menjadi agen-agen yang membantu proses penyembuhan