Kerusakan endotelium pada kornea dapat menyebabkan terjadinya kebutaan
dan merupakan penyebab kebutaan paling umum kedua di dunia setelah katarak.
Penyembuhan kerusakan kornea dibatasi oleh jumlah donor kornea yang tersedia
untuk transpantasi keratoplasti. Penggunaan scaffold untuk rekayasa jaringan
kornea menjadi salah satu solusi yang mengatasi permasalahan ini. Pada penelitian
tugas akhir ini, scaffold dalam bentuk hidrogel dibuat dengan bahan dasar kitosan
dan nanoselulosa. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi ekstraksi selulosa
dari ampas tebu, isolasi nanoselulosa dengan hidrolisis asam, dan sintesis hidrogel
scaffold kitosan dan kitosan-nanoselulosa dengan metode salt leaching yang
menggunakan porogen natrium klorida.
Serat nanoselulosa berhasil diisolasi dari ampas tebu dengan rentang
diameter 11 nm – 68 nm. Penambahan serat nanoselulosa pada kitosan tidak
mempengaruhi morfologi hidrogel yang diperoleh. Semua sampel hidrogel yang
diperoleh memiliki morfologi tanpa pori. Transmitansi cahaya tampak tertinggi
dimiliki oleh sampel hidrogel CH sebesar 33 – 65 %. Transmitansi sampel hidrogel
mengalami penurunan seiring penambahan nanoselulosa sampai konsentrasi 2,5 %,
lalu mengalami kenaikan pada sampel hidrogel CH-CN 3,5. Kekuatan tarik dan
elongasi maksimum hidrogel yang diperoleh mengalami penurunan pada sampel
hidrogel CH-CN 1,5, lalu mengalami kenaikan seiring penambahan nanoselulosa.
Derajat swelling dan kadar air hidrogel yang diperoleh mengalami kenaikan seiring
penambahan nanoselulosa. Derajat swelling dan kadar air tertinggi dimiliki oleh
sampel CH-CN 3,5 dengan nilai masing-masing 230 % dan 70 %. Transmitansi,
kekuatan tarik, elongasi maksimum, dan kadar air semua sampel hidrogel yang
diperoleh masih belum mencapai nilai optimum yang diperlukan pada scaffold
kornea, sehingga modifikasi lebih lanjut perlu dilakukan pada penelitian
selanjutnya.