digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kerusakan endotelium pada kornea dapat menyebabkan terjadinya kebutaan dan merupakan penyebab kebutaan paling umum kedua di dunia setelah katarak. Penyembuhan kerusakan kornea dibatasi oleh jumlah donor kornea yang tersedia untuk transpantasi keratoplasti. Penggunaan scaffold untuk rekayasa jaringan kornea menjadi salah satu solusi yang mengatasi permasalahan ini. Pada penelitian tugas akhir ini, scaffold dalam bentuk hidrogel dibuat dengan bahan dasar kitosan dan nanoselulosa. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi ekstraksi selulosa dari ampas tebu, isolasi nanoselulosa dengan hidrolisis asam, dan sintesis hidrogel scaffold kitosan dan kitosan-nanoselulosa dengan metode salt leaching yang menggunakan porogen natrium klorida. Serat nanoselulosa berhasil diisolasi dari ampas tebu dengan rentang diameter 11 nm – 68 nm. Penambahan serat nanoselulosa pada kitosan tidak mempengaruhi morfologi hidrogel yang diperoleh. Semua sampel hidrogel yang diperoleh memiliki morfologi tanpa pori. Transmitansi cahaya tampak tertinggi dimiliki oleh sampel hidrogel CH sebesar 33 – 65 %. Transmitansi sampel hidrogel mengalami penurunan seiring penambahan nanoselulosa sampai konsentrasi 2,5 %, lalu mengalami kenaikan pada sampel hidrogel CH-CN 3,5. Kekuatan tarik dan elongasi maksimum hidrogel yang diperoleh mengalami penurunan pada sampel hidrogel CH-CN 1,5, lalu mengalami kenaikan seiring penambahan nanoselulosa. Derajat swelling dan kadar air hidrogel yang diperoleh mengalami kenaikan seiring penambahan nanoselulosa. Derajat swelling dan kadar air tertinggi dimiliki oleh sampel CH-CN 3,5 dengan nilai masing-masing 230 % dan 70 %. Transmitansi, kekuatan tarik, elongasi maksimum, dan kadar air semua sampel hidrogel yang diperoleh masih belum mencapai nilai optimum yang diperlukan pada scaffold kornea, sehingga modifikasi lebih lanjut perlu dilakukan pada penelitian selanjutnya.