Gap analysis adalah metode analisis dengan cara membandingkan kondisi eksisting dengan kondisi ideal. Perbedaan antara kondisi eksisting dan ideal disebut gap yang akan dicapai agar kondisi ideal dapat tercapai. Pada penelitian ini gap analysis dilakukan untuk membuat rekomendasi kepada PT. Pelindo II dalam rangka meningkatkan fasilitas dan peralatan bongkar muat di Terminal Peti Kemas Tanjung Priok supaya kegiatan bongkar muat dapat dipercepat dan biaya operasional kapal (pendistribusian logistik) dapat diperkecil. Kondisi yang
dianalisis adalah kondisi eksisting (2013) dan kondisi proyeksi (2020 dan 2030). Parameter yang dapat menentukan baiknya kondisi bongkar muat terminal adalah Berth Occupancy Ratio (BOR), yaitu perbandingan antara jumlah waktu pemakaian tiap tambatan dibanding dengan jumlah dermaga dan waktu yang tersedia selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persen. BOR dipengaruhi oleh empat faktor yaitu jumlah container crane, kapasitas container crane, panjang dermaga, dan ukuran kapal peti kemas. Untuk mencari keempat faktor diatas dibutuhkan data arus peti kemas (2013, 2020, dan 2030), fasilitas eksisting terminal (jumlah container crane, kapasitas container crane, panjang dermaga, draft), ukuran kapal dan kondisi eksisting operasional (jam kerja dermaga). Kemudian gap analysis dilakukan untuk membandingkan data tersebut dan
kondisi ideal menurut acuan Thoresen dan UNCTAD. Hasil dari gap analysis ini berupa tabel kebutuhan peningkatan fasilitas dan peralatn bongkar muat di Terminal Peti Kemas Tanjung Priok beserta biaya peningkatannya dan tabel ukuran kapal optimum.
Perpustakaan Digital ITB