digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER BENI (NIM: 10311032)
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 BENI (NIM: 10311032)
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 BENI (NIM: 10311032)
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 BENI (NIM: 10311032)
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 BENI (NIM: 10311032)
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 BENI (NIM: 10311032)
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA BENI (NIM: 10311032)
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Astronom mempelajari alam semesta meliputi studi tentang meteoroid dan sampah antariksa yang berada di di orbit Bumi. Meteoroid dan sampah antariksa dapat menjadi ancaman bagi satelit buatan manusia yang mengorbit Bumi karena berkecapatan tinggi dan dapat menabrak satelit yang menimbulkan kerusakan pada satelit, sehingga tidak berfungsi dengan baik Satelit LAPAN A2/ORARI yang diluncurkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang diluncurkan pada 28 September 2015 juga akan mengalami ancaman oleh bahaya dari meteoroid dan sampah antariksa. Pekerjaan Tugas Akhir ini digunakan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh meteoroid dan sampah antariksa terhadap satelit LAPAN A2/ORARI. Untuk itu dilakukan pemeriksaan fluks meteoroid dan sampah antariksa per tahun pada berbagai ketinggian dan inklinasi dengan menggunakan model Grün dan NASA90, sehingga diketahui seberapa besar kemungkinan meteoroid dan sampah antariksa membahayakan satelit LAPAN A2/ORARI. Pemeriksaan fluks meteoroid dengan menggunakan model Grün dilakukan dengan menggunakan koreksi dari efek pelindung Bumi dan pemusatan gravitasi Bumi pada berbagai ketinggian dan rapat massa meteoroid sebagai perbandingan fluks. Pemeriksaan fluks pada sampah antariksa dilakukan dengan menggunakan model NASA90 pada berbagai inklinasi, ketinggian, dan kerapatan sampah antariksa. Dari hasil analisis menunjukan bahwa fluks meteoroid dan sampah antariksa yang lebih tinggi ditemukan pada massa meteoroid dan sampah antariksa yang lebih kecil. Fluks meteoroid akan semakin besar seiring dengan ketinggian namun pada ketinggian ~3100 km fluks mencapai besar maksimum.