Aktivitas manusia yang berhubungan dengan penggalian ataupun penimbunan akan selalu menghadapi permasalahan dengan kemantapan lereng. Untuk suatu lereng tambang terbuka, batuan akan mengalami kontak langsung dengan sinar matahari, air dan perubahan cuaca. Kontak langsung ini dapat mengakibatkan pelapukan atau perapuhan pada batuan ataupun mineral penyusun lereng sehingga
menyebabkan kekuatan batuan pada lereng menurun. Penurunan kekuatan batuan ini dapat mengakibatkan terjadinya longsor pada lereng. Karena proses kerusakan batuan akibat pengaruh alam sangat banyak dan bervariasi, maka tidak ada pengujian yang benar-benar dapat mewakili kondisi alam yang kompleks daripada sedikit kondisi yang khusus. Salah satu pengujian
untuk mendapatkan durabilitas batuan adalah dengan Slake Durability Test yang diajukan oleh Franklin dan Chandra pada tahun 1972. Untuk mendapatkan nilai Slake Durability Index dilakukan pengujian di laboratorium Geomekanika dan Peralatan Tambang. Untuk nilai kuat tekan batuan dan porositas batuan didapat dari data sekunder. Berdasarkan hasil pengolahan data dan plot data di grafik, maka dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut memberikan kecenderungan semakin besar
nilai UCS silty claystone dan claystone, maka Slake Durability Index pun cenderung semakin besar. Sedangkan, berdasarkan grafik hubungan porositas dengan Slake Durability Index dapat dilihat bahwa tidak ada hubungan antara porositas batuan silty claystone dan claystone dengan Slake Durability Index.
Perpustakaan Digital ITB