Beras merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Harga beras sangat dipengaruhi oleh produktivitas padi. Pemerintah Indonesia melakukan intervensi pasar dengan instrumen kebijakan harga dalam rangka stabilisasi harga gabah dan beras dalam negeri. Pada saat harga gabah turun drastis, Bulog membeli gabah dari petani pada harga dasar yang dikenal dengan istilah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Sedangkan pada saat harga beras naik terlalu tinggi, Kementerian Perdagangan melalui Bulog meningkatkan suplai dengan cara menjual beras ke konsumen melalui program yang disebut Operasi Pasar Murni (OPM). Selain kebijakan harga beras, pemerintah juga memberlakukan kebijakan harga eceran tertinggi (HET) untuk pupuk. Hal ini dilakukan melalui pemberian subsidi agar harga pupuk yang dibeli petani tidak melebihi HET. Harga beras juga dipengaruhi kebijakan impor beras. Pada saat ini Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan juga melakukan kebijakan kuota impor dalam rangka memberikan batasan jumlah impor beras.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dampak kebijakan harga gabah, beras dan pupuk yang dilakukan pemerintah dalam beberapa indikator. Penelitian dilakukan dengan menggunakan model Computable General Equilibrium (CGE) yang mengacu pada model CGE yang dikembangkan oleh Robinson dkk. (1997), Cororaton (2004), dan Syahadat (2010).
Sebelum dilakukan simulasi, dibandingkan terlebih dahulu solusi base pada saat diberlakukan kebijakan kuota impor dan pada saat tidak diberlakukan kebijakan tersebut. Pada penelitian ini disimulasikan delapan buah skenario yang terdiri dari kombinasi antara beberapa kebijakan yaitu berupa penurunan dan peningkatan produktivitas padi serta penurunan tarif bea masuk impor beras, dengan jenis kebijakan yang dilakukan, yaitu tidak melakukan kebijakan apapun dan melakukan melakukan kebijakan harga atas beras, harga dasar gabah, dan harga atas pupuk. Indikator dampak yang dianalisis yaitu 1) indikator akun pemerintah, 2), indikator harga dan kuantitas gabah, beras, dan pupuk, 3) indikator ekonomi makro.
Penelitian ini memberikan hasil bahwa pada saat terjadi penurunan produktivitas padi, maka skenario yang lebih tepat untuk diterapkan adalah skenario 4 yakni pemerintah melakukan penurunan tarif bea masuk impor beras, di samping itu juga melakukan stabilisasi harga gabah, beras, dan pupuk dengan menjalankan kebijakan harga dasar gabah, harga atas beras, dan harga atas pupuk.
Pada saat terjadi peningkatan produktivitas padi, skenario yang relevan untuk diterapkan adalah skenario 6. Pada skenario ini Pemerintah tidak melakukan penurunan tarif bea masuk, akan tetapi pemerintah melakukan stabilisasi harga gabah, beras, dan pupuk dengan menjalankan kebijakan harga dasar gabah, harga atas beras, dan harga atas pupuk.
Pada saat impor beras tidak dibatasi (tidak ada kuota impor), terjadi perubahan pada pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Selain itu juga terjadi kecenderungan meningkatnya jumlah impor sehingga menyebabkan harga beras di tingkat konsumen menurun. Dari segi ekonomi makro, tidak diberlakukannya kebijakan kuota impor menyebabkan terjadinya penurunan PDB riil. Pendapatan rumah tangga pertanian dan non-pertanian sama-sama mengalami penurunan
Perpustakaan Digital ITB