digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kompleks Melange Lok Ulo terletak di wilayah Karangsambung dan Banjarnegara, Jawa Tengah. Kompleks ini dicirikan oleh batuan Pra Tersiesr dan Tersier sebagai fragmen yang tertanam secara tektonik dalam matriks lempung. Fragmen tersebut terdiri atas batuan ofiolit, metamorfik, rijang dan karbonat. Kompleks Melange Lok Ulo itu sendiri merupakan produk subduksi antara Indo-Australia dan lempeng Eurasia sejak umur Kapur. Conto batuan yang diambil secara acak pada fragmen batuan metamorfik mengindikasikan adanya batuan metamorfik derajat tinggi (high grade) (sekis glaukofan, granulit dan gness), medium grade (amfibolit dan amfibolit epidot), dan batuan metamorfik low grade (filit, sekis muskovit dan sekis klorit epidot) dalam wilayah tersebut. Batuan metamorfik high grade diwakili oleh sekis glaukofan yang disusun oleh mineral almandin spesartin, piroksen jenis salit, Fe – salit, augit, Fe – augit, pigeonit; amfibol jenis glaukofan, krosit dan Mg kataporit. Jenis amfibol lainnya yaitu hornblende, tremolit dan aktinolit; dan kuarsa. Mineral sekunder yang hadir adalah albit, kuarsa, klorit dan epidot. Kumpulan mineral – mineral tersebut mengindikasikan bahwa batuan metamorfik terbentuk pada temperatur 580oC - 500oC dengan tekanan 14,5 kbar – 4 kbar (50 – 14 km). Batuan metamorf dari medium grade adalah amfibolit dan amfibolit epidot. Amfibolit didominasi oleh hornblende dan plagioklas. Mineral lainnya adalah garnet dan kuarsa dengan mineral sekunder yaitu tremolit, aktinolit, epidot dan klorit. Amfibolit mengalami penurunan P – T (retrograde) sampai temperatur 500oC dengan tekanan 3 kbar (kedalaman 10 km). Amfibolit epidot terdiri atas hornblende, garnet, plagioklas, aktinolit dan epidot dengan mineral sekunder adalah kuarsa. Batuan metamorfik derajat rendah (low grade) yaitu sekis muskovit dan sekis klorit epidot. Kumpulan mineral pada sekis muskovit (plagioklas jenis albit dan oligoklas; muskovit, kuarsa, garnet almandin spesartin, klorit dan epidot) mengindikasikan temperatur 480oC dengan tekanan 6 kbar (kedalaman 21 km), kemudian mengalami penurunan P – T (retrograde) sampai pada temperatur 290oC dengan tekanan 4 kbar (kedalaman 14 km). Tekanan dan temperatur yang diperoleh dari batuan metamorfik high grade (sekis glaukofan) merupakan interval temperatur – tekanan untuk lingkungan subduksi. Adanya rekristalisasi piroksen menjadi amfibol dan glaukofan, glaukofan menjadi klorit, klorit menggantikan garnet pada batuan sekis glaukofan memperlihatkan telah terjadi proses retrograde. Hadirnya batuan metamorfik derajat rendah seperti filit, sekis muskovit dan sekis klorit epidot mewakili fase retrograde dalam kondisi tekanan – temperatur lebih rendah. Data dari batuan metamorfik tersebut menjelaskan proses akresi (accretion) dan pemunculan (exhumation) batuan metamorfik tekanan dan temperatur tinggi dari subduksi sampai ke permukaan.