2007 TS PP YUNI BUDI PRAMUDYO1-COVER.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi 2007 TS PP YUNI BUDI PRAMUDYO1-BAB 1.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi 2007 TS PP YUNI BUDI PRAMUDYO1-BAB 2.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi 2007 TS PP YUNI BUDI PRAMUDYO1-BAB 3A.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi 2007 TS PP YUNI BUDI PRAMUDYO1-BAB 3B.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi 2007 TS PP YUNI BUDI PRAMUDYO1-BAB 4.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi 2007 TS PP YUNI BUDI PRAMUDYO1-BAB 5.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi 2007 TS PP YUNI BUDI PRAMUDYO1-PUSTAKA.pdf
PUBLIC Dedi Rosadi
Lapangan Bekasap merupakan salah satu lapangan minyak yang terletak di
cekungan Sumatera Tengah. Lapangan Bekasap memiliki ukuran panjang sekitar
5 kilometer dan lebar 5 kilometer. Lapangan Bekasap ditemukan pada Juni 1955
dan mulai berproduksi pada September 1957. Reservoir produktif pada lapangan
minyak Bekasap merupakan penyusun dari 4 formasi yaitu Formasi Pematang,
Formasi Menggala, Formasi Bangko dan Formasi Bekasap. Setelah beberapa
puluh tahun berproduksi, sebagian besar reservoir utama mengalami penurunan
tekanan reservoir, sehingga produksi minyak mengalami penurunan. Teknik
injeksi air sekeliling (peripheral waterflood) telah dilakukan sejak Juli 1997 untuk
menaikkan tekanan reservoir dan menaikkan laju produksi. Injeksi air sekeliling
telah memberikan pengaruh positif yaitu dengan meningkatnya produksi minyak
di lapangan tersebut. Seiring dengan meningkatnya laju produksi dan terkurasnya
reservoir berkualitas baik, maka potensi sisa minyak sisa berada pada reservoir
yang memiliki kualitas rendah. Sehingga pemahaman terhadap geometri reservoir
dan sebaran kualitas batuan menjadi penting untuk mengetahui posisi sisa minyak
dan mengoptimisasi injeksi air sekeliling.
Batupasir 2420 Formasi Menggala bagian atas menjadi salah satu objek penelitian
yang menarik karena memiliki kualitas batuan yang relatif rendah, sehingga faktor
pengurasan masih rendah. Data yang digunakan untuk penelitian mencakup 48
sumur yang memiliki log sumur sinar gamma, log resistivitas, log densitas dan
tiga diantaranya memiliki batuan inti bor serta data 3D seismik. Aspek penelitian
meliputi deskripsi dan analisis batuan inti bor, fasies interpretasi, korelasi, analisis
atribut seismik, pemetaan fasies, kualitas reservoir dan strategi pengembangan
lapangan. Langkah yang dilakukan adalah deskripsi batuan inti bor untuk
mengetahui asosiasi litofasies. Selanjutnya dibuat kalibrasi antara batuan inti bor
dan log sumur yang dijadikan model untuk melakukan interpretasi asosiasi fasies
menggunakan data log sumur. Data atribut seismik dekomposisi spektral
digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui penyebaran fasies secara
lateral dan berkaitan dengan ketebalan reservoir. Pemetaan terhadap ketebalan
fasies dilakukan untuk mengetahui geometri dan sebaran fasies. Pemetaan
ii
terhadap nilai porositas dan permabilitas dilakukan dengan menggunakan simulasi
dengan 2 realisasi.
Dari hasil penelitian diinterpretasikan terdapat 5 asosiasi litofasies yaitu tidal
fluvial channel, tidal channel, tidal prograding bar, mud flat dan transgressive
lag. Dari 5 asosiasi fasies, yang merupakan reservoir adalah tidal fluvial channel,
tidal channel dan tidal prograding bar. Lingkungan pengendapan dari asosiasi
fasies tersebut adalah tide dominated estuaries. Hasil korelasi didapatkan 2
interval yaitu interval R dan dan S yang menunjukkan interval kesamaan waktu.
Pola sebaran fasies tidal fluvial channel adalah berarah baratlaut-tenggara yang
semakin menebal ke arah barat laut. Fasies tidal channel yang merupakan fasies
yang diendapkan diatas tidal fluvial channel memiliki orientasi baratlaut-tenggara
yang semakin menebal ke arah tenggara dan selatan. Demikian juga dengan fasies
tidal prograding bar yang memiliki orientasi kelurusan berarah baratlaut-tenggara
dan semakin menipis ke arah tenggara. Atribut sesimik dekomposisi spektral pada
frekuensi 12 herzt menunjukkan nilai amplitudo yang berpola channel dan
estuaries yang menunjukkan pola yang sama dengan pola sebaran asosiasi fasies.
Pemetaan terhadap nilai porositas dan permeabilitas pada masing-masing interval
menunjukkan pola yang sama dengan pola sebaran fasies pada masing-masing
interval. Dapat disimpulkan bahwa pola sebaran nilai porositas dan permeabilitas
dikontrol oleh proporsi asosiasi fasies yang ada pada interval.
Peta porositas dapat dijadikan acuan untuk mengatur strategi pengembangan
lapangan bekasap dan optimisasi injeksi air sekeliling. Berdasarkan atribut
seismik yang terbukti berhubungan erat dengan peta keteban fasies, maka peluang
pengeboran sumur step out terdapat pada bagian utara dengan sebaran fasies
channel dan bagian selatan dengan pola sebaran tidal sand bar. Untuk strategi
injeksi air sekeliling direkomendasikan untuk tidak melakukan injeksi di bagian
timur lapangan, karena memiliki sebaran nilai permeabilitas dan porositas yang
relatif jelek. Strategi masing-masing interval akan berbeda tergantung pola
sebaran nilai permeabilitas dan porositas, posisi sumur injeksi dan struktur
geologi pada lapangan Bekasap.