digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2007 TA PP ERI RIYANTO 1-COVER.pdf


2007 TA PP ERI RIYANTO 1-BAB1.pdf

2007 TA PP ERI RIYANTO 1-BAB2.pdf

2007 TA PP ERI RIYANTO 1-BAB3.pdf

2007 TA PP ERI RIYANTO 1-BAB4.pdf

2007 TA PP ERI RIYANTO 1-BAB5.pdf

2007 TA PP ERI RIYANTO 1-PUSTAKA.pdf

Ampas tapioka adalah salah satu hasil samping industri tapioka yang sering dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang memiliki kandungan protein rendah. Penelitian produksi protein sel tunggal pada ampas tapioka bertujuan untuk memperkaya kandungan protein sebagai sumber pakan ternak, karena pakan ternak kaya protein seperti tepung ikan, soybean meal atau corn meal memiliki harga yang mahal. Penelitian dilakukan dengan mencari kondisi optimum produksi melalui pengamatan secara visual pertumbuhan jamur selama lima hari pada labu Erlenmeyer 250 mL dengan variabel kadar air, pH dan kadar dedak padi yang dilanjutkan dengan usaha penanaman di nampan dengan kondisi yang diperoleh. Dari hasil penelitian, kondisi produksi yang dipilih adalah pada kadar air 64,18%, pH 4 dan kadar pemberian dedak padi 2%. Kadar protein meningkat dari 1,5%-kering menjadi 20,95%-kering. Pada usaha scaling-up, jamur mulai tumbuh pada hari kelima. Dua hambatan utama dalam usaha scaling-up adalah lambatnya pertumbuhan jamur dan evaporasi kandungan air substrat yang lebih cepat pada luas permukaan yang lebih besar.