BAB 1 Intan Kusumadewi Taj Jauhari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Intan Kusumadewi Taj Jauhari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Intan Kusumadewi Taj Jauhari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Intan Kusumadewi Taj Jauhari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Intan Kusumadewi Taj Jauhari
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang disebarkan dengan bantuan
vektor berupa nyamuk Aedes aegypti. Indonesia adalah salah satu daerah endemik
demam berdarah di dunia dan Bandung merupakan salah satu kota dengan jumlah
kasus demam berdarah yang lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Salah satu
pendekatan untuk mengurangi kasus demam berdarah adalah pemantauan jumlah
Aedes aegypti sebagai vektor utama penyakit ini. Di antara berbagai metode
pemantauan, metode ovitrap (perangkap telur) adalah metode yang sederhana,
ekonomis, dan memiliki impak pada penurunan jumlah vektor. Perangkap telur
Aedes aegypti memanfaatkan perilaku dasar induk betina dalam meletakkan telur
di dekat badan perairan. Beberapa penelitian terdahulu melaporkan bahwa
preferensi nyamuk betina ditentukan oleh karakteristik dari perairan. Pada
penelitian ini, dilakukan pengujian beberapa jenis larutan yang memodelkan
kondisi perairan yang dapat ditemukan pada daerah urban. Penelitian dilakukan di
Bandung, Jawa Barat pada Juni – Juli 2021. Ovitrap terbuat dari gelas plastik
(tinggi: 11 cm, diameter atas: 9 cm, diameter bawah: 5,5 cm) yang sisi luarnya
ditutup keresek hitam, dimasukkan kertas saring untuk tempat melekat telur, dan
diisi 300 ml larutan. Pengujian dilakukan pada 9 jenis substansi yang seluruhnya
dilarutkan pada air suling dengan konsentrasi 100 ppm, yang terdiri dari MSG
(monosodium glutamat), pupuk, gula pasir, madu, gula aren, garam (NaCl),
makanan kucing, makanan ikan, dan makanan anjing. Perangkap berisi air suling
digunakan sebagai kontrol. Perangkap diletakkan di luar dan di dalam rumah
untuk menguji efek lokasi penempatan terhadap efektivitas perangkap. Setelah 26
hari, jumlah telur yang didapat pada setiap perangkap diuji dengan uji T untuk
mendapatkan signifikansi dari perlakuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui preferensi Aedes aegypti untuk meletakkan telur pada larutan yang
berbeda dan mengetahui efektivitas antara perangkap telur yang diletakkan di
dalam dan luar ruangan. Hasil penelitian menunjukkan larutan yang mendapatkan
penambahan substansi dengan kandungan protein tinggi, yaitu makanan hewan
(makanan anjing, makanan ikan, makanan kucing) secara signifikan menjadi
pilihan utama dari nyamuk betina untuk meletakkan telur, dan makanan anjing
adalah larutan yang mendapat jumlah telur terbanyak. Efektivitas perangkap lebih
baik bila diletakkan di dalam ruangan, dimana perangkap dalam ruangan
mendapat lebih banyak telur dibanding perangkap luar ruangan. Berdasarkan hasil
penelitian ini, perairan di dalam ruangan yang tercemar dengan materi organik
berupa protein memiliki potensi besar sebagai sumber utama vektor demam
berdarah.
Perpustakaan Digital ITB