Likuifaksi sering terjadi pada tanah berpasir lepas dan jenuh air bila terjadi gempa bumi. Akibat kehilangan kuat geser akibat gempa dapat menyebabkan terjadinya tanah longsor, kehilangan kuat dukung pada fondasi, dan penurunan fondasi yang berlebihan. Sebagai kelanjutannya akan terjadi kerusakan pada struktur bangunan diatasnya. Pada kebanyakan penelitian, teknik perbaikan tanah (ground improvement) yang sering digunakan untuk memitigasi likuifaksi adalah teknik kolom-batu (stone-column) atau tiang-batu (stone-piers). Teknik ini mampu mengurangi resiko kerusakan strukur akibat peristiwa likuifaksi (Mitchell, et al., 1995; Martin, 2000).
Analisis potensi likuifaksi dilakukan dengan metode simplifikasi dan dengan metode beda hingga menggunakan software FLAC 2D. Periode gempa yang digunakan berlokasi di Jakarta dengan 3 percepatan gempa yang dimodelkan, Mitigasi likuifaksi dilakukan dengan menggunakan stone column. Pemodelan stone column menggunakan software FLAC 2D. Konfigurasi stone column yang digunakan adalah pola segitiga dengan diameter 0.5 m, 0.8 m, 1.0 m dan beserta spasi 1 m, 1.5 m, 2.0 m, 2.1 m dan 2.8 m.
Penelitian ini menganalisis dampak potensi likuifaksi terhadap peningkatan rasio tekanan air pori (Ru) tanah. Parameter ru didefinisikan sebagai kenaikan tekanan air pori terhadap tegangan vertikal efektif dalam tanah. Selama beban dinamik terjadi, tekanan air pori mulai naik secara bertahap, regangan geser tanah juga meningkat secara bertahap dan parameter Ru mendekati nilai 1. Penelitian ini juga hanya menganalisa bagaimana mekanisme parameter Ru disekitar tanah berpotensi likuifaksi serta dengan hasil perkuatan stone column. Dari hasil tersebut, direncanakan pengembangan design chart berupa design chart stone column terhadap hasil Ru yang diperoleh. Hasil design chart ini diharapkan sebagai informasi awal untuk mengetahui dimensi serta spasi mana yang cocok digunakan pada setiap kondisi yang dihadapi.
Berdasarkan hasil analisis, hasil dari perkuatan dengan menggunakan stone column mempercepat proses disipasi air pori dimana dipastikan aman terhadap likuifaksi. Sesuai dengan variasi parameter tanah, percepatan gempa dan pola pemasangan stone column sangat mempengaruhi hasil penelitian ini. Semakin rapat spasi di setiap diameter, maka semakin baik stone column mendapatkan hasil rasio tekanan air pori (Ru). Perbandigan dengan hasil metode simpilikasi dilakukan. Serta hasil design chart stone column bervariasi. Namun, masih membutuhkan banyaknya lagi percobaan yang harus dilakukan agar hasil chart dapat menjadi lebih baik. Terlepas dari hasil tersebut, hasil design chart berada dalam batas aman dimana nilai Ru tidak sama dengan 1.
Perpustakaan Digital ITB