Kelompok senyawa N-heterosiklik memiliki peran penting dalam pengembangan
senyawa obat, terutama turunan ?-laktam, hidantoin, dan kuinazolin. Kerangka struktur
senyawa ini digunakan sebagai bahan dasar berbagai kandidat obat baru yang memiliki
beragam aktivitas biologi dan aplikasi terapeutik termasuk sebagai antikanker,
antimikroba, antivirus, anti-HIV, antimalaria, aktivitas antituberkulosis, antidiabetes,
antiinflamasi, dan antioksidan. Aktivitas biologis yang luas ini disebabkan oleh
kemampuan atom nitrogen dalam struktur N-heterosiklik untuk membentuk ikatan
hidrogen dengan enzim serta reseptor target biologis, sehingga meningkatkan interaksi
dan efektivitas farmakologisnya.
Sefalosporin merupakan antibiotik ?-laktam yang terus berkembang dan digunakan
dalam terapi antibakteri karena memiliki profil efikasi dan keamanannya yang tinggi.
Antibiotik ini memiliki inti struktur 7-aminocephalosporanic acid (7-ACA, 1), yang
menjadi dasar bagi pengembangan berbagai turunannya. Struktur 7-ACA mengandung
dua pusat reaktif yang memungkinkan untuk pengembangan sifat farmako-kinetik dan
farmakodinamiknya. Salah satu modifikasi yang dapat dilakukan adalah asilasi gugus
amino pada posisi C-7 menggunakan asil klorida, anhidrida, ester, dan karbodiimida,
yang bertujuan untuk meningkatkan sifat farmakodinamik senyawa. Beberapa senyawa
hibrida 7-ACA dengan turunan asam sinamat telah menunjukkan aktivitas antibakteri
yang signifikan. Selain itu, turunan ?-laktam lainnya juga memiliki potensi biologis
yang penting, termasuk sebagai agen antikanker dengan aktivitas penghambatan yang
kuat terhadap reseptor tirosin kinase (RTK).
Senyawa turunan hidantoin telah dikembangkan sebagai senyawa obat dan tersedia
secara komersial, karena memiliki aktivitas farmakologis dan biologis yang luas.
Beberapa aktivitas utama yang telah diteliti meliputi antikanker, berpotensi sebagai
inhibitor tirosin kinase (ITK), antimikroba, antivirus, antikonvulsan, dan anti-HIV.
Struktur hidantoin terdapat memiliki lima posisi reaktif yang memungkinkan
modifikasi kimia untuk menghasilkan berbagai turunan dengan sifat unggul. Salah satu
turunan yang penting adalah 5-benzalhidantoin. Berdasarkan kajian pustaka, modifikasi dengan alkilasi pada gugus hidroksi di posisi orto dan para cincin benzena
pada senyawa 5-benzalhidantoin diketahui dapat meningkatkan aktivitas biologisnya
secara signifikan.
Kuinazolin merupakan senyawa heterosiklik yang mengandung nitrogen, terdiri dari
cincin benzena yang menggabung dengan pirimidin pada dua atom karbon yang
berdekatan, dengan atom nitrogen terletak pada posisi-1 dan 3. Pengembangan analog
atau turunannya dapat dilakukan melalui modifikasi pada posisi C-2, C-4, C-6, dan
C-7. Beberapa obat antikanker, seperti erlotinib yang berfungsi sebagai ITK,
dikembangkan dari kerangka kuinazolin. Selain itu, turunan ini memiliki berbagai
aktivitas biologis yang menarik, termasuk sebagai sebagai antimikroba, dan antivirus.
.
Kajian lebih lanjut terhadap aktivitas biologis dari ketiga turunan tersebut (7-ACA,
hidantoin, dan kuinazolin) menjadi penting, terutama dalam bidang antikanker,
antibakteri, dan anti-SARS-CoV-2. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan pengembangan
lead compound yang lebih efektif untuk mengatasi resistensi sel kanker terhadap terapi
antikanker tertentu, resistensi mikroba terhadap beberapa antibiotik termasuk dari
kelompok sefalosporin, serta resistensi mikroba akibat pandemi COVID-19. Oleh
karena itu, penelitian terhadap ketiga turunan tersebut terus dilakukan untuk
menemukan senyawa dengan efektivitas tinggi untuk melawan virus varian SARS
CoV-2.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis turunan dari
7-ACA (1), turunan dari hidantoin (2), dan turunan dari 4-kloro-6,7-dimetoksi
kuinazolin (3). Struktur senyawa hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan berbagai
teknik spektroskopi, meliputi 1H dan 13C Nuclear Magnetic Resonance (NMR) satu
dan dua dimensi (1D dan 2D), High Resolution-Electron Spray Ionization-Time
of Flight Mass Spectroscopy (HR-ESI-TOF MS), Ultraviolet-Visible (UV-Vis), serta
Infra Red (IR) spectroscopy. Selanjutnya, senyawa-senyawa tersebut diuji aktivitas
biologisnya, meliputi uji penghambatan terhadap sepuluh enzim (caspase-3,
caspase-7, dan delapan RTK-1), uji aktivitas antibakteri terhadap terhadap lima bakteri
patogen, serta penghambatan dimerisasi Main protease (Mpro) SARS-CoV-2
menggunakan metode Dimer Based Screening System (DBSS).
Pada sintesis turunan dari 7-ACA (1), dilakukan asilasi gugus amino menggunakan
benzoil klorida dan sinamoil klorida dengan sedikit modifikasi dari metode yang telah
dilaporkan sebelumnya. Reaksi ini menghasilkan dua senyawa, yaitu asam (6R,7R)-3
(asetoksimetil)-7-benzamido-8-okso-5-tiaazabisiklo[4.2.0]-okt-2-ena-2-karboksilat
(4) dan asam (6R,7R)-3-(asetoksimetil)-7-sinamamido-8-okso-5-tiaazabisiklo[4.2.0]
okt-2-ena-2-karbok-silat (5). Selanjutnya, pada hidantoin (2) dilakukan transformasi
pada posisi C-5 melalui reaksi Knoevenagel dengan turunan isovanilin (6) dalam
kondisi basa asetat. Reaksi ini menghasilkan dua senyawa baru, yaitu (Z)-5-(3
(aliloksi)-4-metoksibenzilidena)imidazolidin-2,4-dion (7) dan (Z)-5-(3-(3-kloro
propoksi)-4-metoksibenzilidena)imidazolidin-2,4-dion
(8).
Transformasi
juga
dilakukan pada kuinazolin, yaitu reaksi pada posisi C-4 turunan kuinazolin, yaitu 4-kloro-6,7-dimetoksikuinazolin (3), menggunakan reaksi eter Williamson dalam
kondisi basa. Dari reaksi ini diperoleh delapan senyawa yaitu 3-((6,7-dimetoksi
kuinazolin-4-il)oksi)-4-metoksibenzaldehida
(9),
4-((6,7-dimetoksikuinazolin-4
il)oksi)-3-metoksibenzaldehida (10), asam (E)-3-(4-((6,7-dimetoksikuinazolin-4
il)oksi)fenil)akrilat
(11), asam (E)-3-(4-((6,7-dimetoksikuinazolin-4-il)oksi)-3
metoksifenil)akrilat (12), asam (E)-3-(4-((6,7-dimetoksikuinazolin-4-il)oksi)-3,5
dimetoksifenil)akrilat (13), asam 2-((6,7-dimetoksikuinazolin-4-il)oksi)benzoat (14),
4-(4-((2-isopropoksietoksi)metil)fenoksi)-6,7-dimetoksikuinazolin (15) dan 4-(((6,7
dimetoksikuinazolin-4-il)oksi)metil)fenol (16). Dari delapan senyawa tersebut, tujuh
di antaranya merupakan baru, yaitu 9, dan 11?16, sedangkan senyawa 10 telah
diketahui sebelumnya.
Hasil pengujian aktivitas penghambatan terhadap enzim caspase-3, caspase-7, dan
delapan enzim RTK-1 (EGFR, HER2, HER4, IGF1R, InsR, KDR, PDGFR-?,
PDGFR-?) menunjukkan bahwa senyawa 4, 5, 7, dan 8 memiliki aktivitas inhibisi
yang lemah. Namun, di antara turunan 7-ACA, senyawa 5 menunjukkan aktivitas lebih
baik terhadap inhibisi caspase dan RTK-1 dibandingkan senyawa 4. Kemungkinan
besar, keberadaan gugus sinamoil pada senyawa 5 berkontribusi pada peningkatan
aktivitas penghambatan terhadap caspase-3, caspase-7, dan enam enzim RTK-1
(EGFR, HER2, HER4, KDR, PDGFR-?, dan PDGFR-?). Pada turunan
5-benzalhidantoin, senyawa 8 yang mengandung 3-kloropropoksi menunjukkan
aktivitas inhibisi yang lebih tinggi terhadap caspase-3 dan caspase-7 dibandingkan
senyawa 7. Namun, dalam uji inhibisi terhadap delapan enzim RTK-1, senyawa 7
dengan gugus aliloksi menunjukkan penghambatan yang lebih kuat terhadap empat
RTK-1 EGFR, KDR, PDGFR-?, dan PDGFR-? dibandingkan 8. Aktivitas inhibisi
senyawa 4, 5, 7 dan 8 terhadap sepuluh enzim (caspase-3, caspase-7, dan 8 RTK-1)
dilaporkan untuk pertama kalinya dalam penelitian ini.
Uji aktivitas antibakteri senyawa 4 ? 16 terhadap lima bakteri patogen,
(Staphylococcus
aureus,
Streptococcus
epidermidis,
Bacillus
subtilis,
Salmonella typhi, dan Pseudomonas aureginosa) menunjukkan bahwa dua senyawa
turunan 7-ACA (4 dan 5), serta satu turunan ariloksi kuinazolin (16) memiliki aktivitas
penghambatan yang kuat terhadap B. subtilis, dan P. aureginosa pada konsentrasi
2000 µg/mL berdasarkan diameter zona hambatnya. Namun, uji Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) memperlihatkan bahwa
ketiga senyawa tersebut hanya memiliki aktivitas antibakteri yang lemah.
Selain itu, sepuluh senyawa hasil sintesis menunjukkan aktivitas inhibisi dimerisasi
Mpro SARS-CoV-2 berdasarkan metode Dimer-Based Screening System (DBSS),
kecuali senyawa 11 dan 13. Hasil terbaik diperoleh dari senyawa 12, diikuti oleh
senyawa 10. Keduanya berpotensi sebagai kandidat antivirus SARS-CoV-2. Temuan
ini merupakan laporan pertama kali dalam penelitian ini. Secara keseluruhan, kedua
belas senyawa yang telah diuji memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai lead compound dalam tiga bioaktivitas tersebut, yaitu sebagai antikanker,
antibakteri, dan antivirus SARS-CoV-2.