Kemiskinan dan keterbatasan akses pangan merupakan dua isu strategis yang saling
berkaitan dan masih menjadi tantangan utama di banyak negara berkembang,
termasuk Indonesia. Pada beberapa dekade terakhir, konsep kemiskinan
berkembang dari sekadar kekurangan pendapatan menjadi persoalan multidimensi
yang mencakup keterbatasan dalam berbagai dimensi kehidupan. Kemiskinan
multidimensi memiliki hubungan erat dengan akses pangan, membentuk siklus
yang kompleks dan saling memperkuat, terutama di wilayah dengan kerentanan
struktural dan geografis. Sebagai provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar
di Indonesia, Jawa Barat menjadi salah satu penyumbang utama terhadap tingkat
kemiskinan secara nasional. Meskipun berperan sebagai sentra produksi pangan,
provinsi ini juga menunjukkan proporsi pengeluaran pangan rumah tangga yang
tinggi, yang mengindikasikan adanya ketimpangan akses terhadap pangan yang
tidak dapat dijelaskan hanya melalui aspek ketersediaan pangan (availability).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pola spasial kemiskinan
multidimensi dan menganalisis keterkaitannya dengan akses pangan di Provinsi
Jawa Barat. Menggunakan data Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) periode
2019–2023, penelitian ini mengidentifikasi karakteristik spasial melalui analisis
deskriptif, indeks Moran, dan Local Indicators of Spatial Association (LISA).
Hasilnya menunjukkan pola spasial kemiskinan yang tidak merata, dengan
konsentrasi tinggi di wilayah selatan dan perdesaan yang kurang terintegrasi ke
pusat pertumbuhan. Pola ini bersifat persisten dan menunjukkan kecenderungan
pengelompokan spasial (spatial clustering) yang semakin menguat dalam lima
tahun terakhir. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan spasial dalam
perumusan kebijakan pengentasan kemiskinan dan peningkatan aksesibilitas
pangan lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan wilayah.
Perpustakaan Digital ITB