digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Muhammad Rafly Putra Revaldo
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

Industri semen di Indonesia menghadapi tantangan signifikan akibat persaingan ketat dan kondisi oversupply. Hal ini mendorong perusahaan semen seperti PT Semen Padang untuk melakukan diversifikasi bisnis. PT Semen Padang membentuk unit Bisnis Inkubasi Non Semen (BINS) sebagai wadah untuk mengembangkan inovasi di luar bisnis inti. Namun dalam pelaksanaannya, unit BINS menghadapi kendala operasional karena belum memiliki proses bisnis yang terstruktur untuk menjalankan fungsi inkubasi secara sistematis. Akibatnya, aktivitas pembinaan tenant berjalan secara informal dan tidak terintegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk merancang proses bisnis fungsi inkubasi yang sistematis dengan menggunakan metodologi Business Process Management (BPM). Perancangan proses bisnis dilakukan melalui pendekatan benchmarking terhadap kerangka kerja inkubasi dari literatur akademik milik Sohail, dkk. (2023) dengan pemetaan proses menggunakan format Process Classification Framework milik America Productivity & Quality Center (APQC) dan matriks RASCI untuk memperjelas peran dan tanggung jawab pada setiap proses yang dipetakan. Hasil penelitian menunjukkan adanya kesenjangan (gap) yang cukup signifikan antara aktivitas eksisting yang masih bersifat operasional dengan lima intervensi inkubasi kunci dari benchmark, yaitu Network Resources, Access to Finance, Monitoring Services, Infrastructure Support¸dan Legal Services. Berdasarkan analisis kesenjangan tersebut, penelitian ini menghasilkan sebuah rancangan proses bisnis usulan yang terstruktur ke dalam tiga tahapan inkubasi (pra-inkubasi, inkubasi, dan pasca-inkubasi) yang diperakan secara hierarkis hingga level aktivitas dan dilengkapi dengan kejelasan peran melalui matriks RASCI. Rancangan proses bisnis ini memberikan panduan operasional yang baku bagi unit bINS untuk menjalankan fungsi inkubasinya menjadi lebih efektif, terukur, dan selaras dengan tujuan strategis perusahaan dalam mengembangkan bisnis non semen.