Perpustakaan Digital ITB

Penelitian ini bertujuan untuk merancang model pemetaan organisasi kemahasiswaan terhadap kompetensi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menggunakan metode data mining. Kompetensi mahasiswa, yang mencakup keterampilan akademik dan non-akademik, menjadi indikator penting dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Berdasarkan hasil Tracer Study ITB, terdapat kesenjangan antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan industri. Di sisi lain, kegiatan kemahasiswaan di luar akademik diyakini memiliki peran penting dalam membentuk kompentensi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk merancang sebuah model pemetaan berbasis data mining yang dapat mengidentifikasi pola kemunculan bersama antara kegiatan organisasi kemahasiswaan dengan penguasaan 23 kompetensi spesifik yang diukur pada kuesioner Tracer Study ITB. Penelitian ini menggunakan algoritma Association Rule Mining FP-Growth dalam kerangka metodologi CRISP-DM (Cross-Industry Standard Process for Data Mining). Data Tracer Study ITB periode 2019–2024 digunakan sebagai dataset utama. Tahapan penelitian mencakup pembersihan data, transformasi data, Exploratory Data Analysis (EDA), seleksi data, pemodelan algoritma asosiasi, evaluasi model, hingga penyajian hasil dalam bentuk prototipe dashboard interaktif berbasis Power BI. Model yang dihasilkan dievaluasi dan disaring berdasarkan metrik support, confidence, dan lift, dengan menerapkan ambang batas minimum support sebesar 0,01 untuk mengidentifikasi pola yang relevan dan lift di atas 1 untuk memastikan setiap aturan asosiasi yang terbentuk memiliki hubungan yang signifikan secara statistik. Penelitian ini menghasilkan model FP-Growth dengan total 153 aturan organisasi dan kompetensi yang muncul bersamaan. Diperoleh rata-rata support 0,25, rata-rata confidence 0,88, dan rata-rata lift 1,01. Hasil model FP-Growth disajikan dalam bentuk prototipe dashboard yang terdiri dari 4 grafik yang harapannya dapat memberikan wawasan berbasis data bagi Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) ITB sehingga kebijakan kegiatan kemahasiswaan dapat dirumuskan secara lebih efektif untuk menjawab kesenjangan kompetensi yang ada.