digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER - Bryan Franklyn J Walangitang
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I - Bryan Franklyn J Walangitang
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II - Bryan Franklyn J Walangitang
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III - Bryan Franklyn J Walangitang
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV - Bryan Franklyn J Walangitang
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V - Bryan Franklyn J Walangitang
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Bryan Franklyn J Walangitang
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN - Bryan Franklyn J Walangitang
Terbatas  Dewi Supryati
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia memiliki sekitar 1,43% penyandang disabilitas, dengan gangguan mobilitas menjadi salah satu gangguan yang paling umum (2,88%). Gangguan mobilitas dapat disebabkan oleh faktor bawaan lahir, penyakit, usia, ataupun alasan lainnya. Karena itu, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan Autonomous Personal Mobility Vehicle (APMV) yang dinamakan SEATER, terdiri dari I-SEATER untuk indoor dan O- SEATER untuk outdoor. O-SEATER, sebagai prototipe AV level 4, menimbulkan ketidakpastian dan kekhawatiran dari pejalan kaki karena tingkat trust dan acceptance yang rendah sehingga dibutuhkan alat bantu untuk mencapai komunikasi ideal antara pejalan kaki dan APMV. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengevaluasi trust dan acceptance pejalan kaki terhadap O-SEATER dengan keluaran berupa rancangan external Human- Machine Interaction (eHMI) menggunakan metode design thinking yang efektif meningkatkan trust dan acceptance pejalan kaki terhadap APMV. Evaluasi trust dan acceptance terhadap APMV dilakukan melalui eksperimen dan penyebaran kuesioner. Eksperimen menggunakan APMV dengan kecepatan 5 km/jam dengan 14 skenario yang mengkombinasikan penyeberangan di jalan datar dan tanjakan, kondisi ada dan tidak ada penumpang, serta penyeberangan di depan dan belakang kendaraan. Terdapat 20 partisipan pada eksperimen terdiri dari 10 laki-laki dan 10 perempuan dengan rata-rata usia 20,80 tahun (± 1,91); tinggi badan 165,20 cm (± 10,92); dan berat badan 63,35 kg (± 17,15). Alat yang digunakan adalah eye tracker Pupil Core untuk mengukur trust berdasarkan gaze durations serta motion capture Neuron Perception 2 untuk menganalisis kecepatan dan keseimbangan partisipan. Perilaku partisipan direkam menggunakan kamera saat eksperimen. Partisipan melakukan retrospective thinking aloud (RTA) dan evaluasi subjektif yang dikuantifikasikan menggunakan visual analogue scale (VAS). Partisipan juga diminta mengisi kuesioner autonomous vehicle acceptance questionnaire for pedestrians (AVAQ-P) untuk menilai acceptance pejalan kaki terhadap APMV. Kuesioner terdiri dari 24 pertanyaan menggunakan skala Likert dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 7 (sangat setuju) dan disebarkan secara daring kepada 254 responden. Penemuan pada penelitian ini adalah partisipan belum trust terhadap APMV. Gaze durations partisipan lebih besar ketika APMV tidak berpenumpang yang artinya partisipan tidak trust pada APMV sepenuhnya. Perilaku partisipan juga lebih berhati-hati ketika berinteraksi dengan APMV yang tidak berpenumpang. Hasil evaluasi subjektif menunjukkan bahwa 20% partisipan belum memahami intensi pergerakan APMV dan 35% merasa tidak aman saat berinteraksi dengan APMV. Penemuan ini juga didukung oleh hasil RTA, yaitu 80% partisipan merasa lebih aman ketika APMV berpenumpang. Hasil kuesioner AVAQ-P menunjukkan bahwa pejalan kaki cukup optimis untuk berinteraksi dengan APMV dengan rata-rata skor 4,82/7,00 tetapi masih dapat dikembangkan. Berdasarkan penemuan ini, dirancang solusi alat komunikasi berupa eHMI visual menggunakan indikator lampu dan LCD yang menunjukkan intensi pergerakan APMV. eHMI diharapkan dapat meningkatkan trust dan acceptance pejalan kaki terhadap APMV.