Program co-firing biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
merupakan langkah strategis dalam mendukung pencapaian bauran energi nasional
dan pengurangan emisi karbon. Namun, pemilihan alternatif biomassa yang tepat
masih menghadapi tantangan kompleks karena keterbatasan model evaluasi yang
mempertimbangkan aspek multi-dimensi secara sistematis. Penelitian ini bertujuan
mengembangkan model pemilihan alternatif biomassa berbasis integrasi Structural
Equation Modeling–Partial Least Squares (SEM-PLS) dan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Pendekatannya kuantitatif dalam dua tahap: (i) SEM-PLS
digunakan untuk menguji hubungan kausal lima kriteria teknis, ekonomi,
lingkungan, sosial, dan kebijakan/regulasi berdasarkan survei 100 responden
(praktisi/pengelola biomassa PLTU) sekaligus memperoleh bobot kriteria (Aj)
melalui normalisasi koefisien jalur; (ii) AHP digunakan untuk menilai 15
subkriteria dan 4 alternatif (A1–A4) oleh pakar guna memperoleh prioritas lokal
alternatif per subkriteria, yang kemudian diintegrasikan menjadi skor alternatif
biomassa. Hasil menunjukkan seluruh kriteria berpengaruh positif dan signifikan
(p<0,05) terhadap keputusan, Hasil AHP menunjukkan bahwa kriteria sosial dan
ekonomi menempati bobot tertinggi dalam pemilihan alternatif. Pada tingkat
alternatif, Cangkang Sawit meraih skor alternatif biomassa tertinggi (0,298), diikuti
Sekam Padi (0,293), Pelet Kayu (0,206), dan Serbuk Kayu(0,205). Secara praktis,
model ini memberi alat keputusan yang komprehensif dan replikabel bagi pengelola
PLTU, pembuat kebijakan, dan penyedia biomassa untuk menyusun strategi yang
sejalan regulasi, berdampak sosial-ekonomi positif, efisien secara biaya, serta dapat
dioperasikan secara teknis dan ramah lingkungan.
Perpustakaan Digital ITB