digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Permasalahan pemborosan makanan di tingkat rumah tangga menjadi isu global yang berdampak luas, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Di Indonesia, pemborosan makanan mencapai jutaan ton setiap tahunnya, dengan rumah tangga sebagai salah satu penyumbang utama. Berbagai faktor mempengaruhi perilaku pemborosan makanan, termasuk perencanaan makanan, kebiasaan belanja, cara penyimpanan, serta penggunaan kembali sisa makanan. Selain itu, kekhawatiran terhadap dampak pemborosan makanan, baik dari segi lingkungan maupun finansial, dapat menjadi faktor yang memotivasi pengurangan limbah makanan. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan quasi eksperimental untuk mengukur pengaruh stimulus poster dalam meningkatkan kesadaran konsumen terhadap pemborosan makanan dan pengelolaan makanan yang lebih efisien. Penelitian ini juga mengeksplorasi peran kekhawatiran lingkungan dalam memotivasi perubahan perilaku terkait pengelolaan makanan, serta pengaruh aplikasi pengiriman makanan terhadap pemborosan makanan di rumah tangga. Penelitian dilakukan pada perempuan usia 18-65 tahun yang berperan sebagai pengelola utama makanan di rumah tangga di dua wilayah di Kota Cimahi. Responden yang menggunakan aplikasi pengiriman makanan dalam 12 bulan terakhir turut dilibatkan untuk melihat pengaruh teknologi terhadap perilaku pemborosan makanan. Metode yang digunakan mencakup pengumpulan data melalui kuesioner, pengujian validitas dan reliabilitas data, serta analisis statistik menggunakan Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk menguji hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stimulus visual memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku berbelanja makanan, dengan responden menjadi lebih terorganisir dan disiplin dalam membeli makanan sesuai kebutuhan. Namun, pengaruh stimulus ini tidak signifikan terhadap perilaku lainnya seperti konsumsi makanan, penyimpanan makanan, dan penggunaan kembali sisa makanan. Kekhawatiran lingkungan terbukti memiliki pengaruh positif terhadap perilaku pengelolaan makanan, dengan responden yang lebih peduli terhadap dampak lingkungan cenderung lebih hati-hati dalam mengelola makanan mereka. Selain itu, penggunaan aplikasi pengiriman makanan juga berkontribusi pada peningkatan iii pemborosan makanan, karena kecenderungan untuk memesan lebih banyak makanan daripada yang diperlukan. Kesimpulannya, meskipun stimulus visual dapat meningkatkan kesadaran dan perilaku berbelanja makanan yang lebih terencana, pengelolaan makanan yang lebih efisien di rumah tangga memerlukan pendekatan yang lebih holistik yang melibatkan faktor internal seperti norma sosial, kebiasaan rumah tangga, dan peningkatan kesadaran lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini menyarankan agar intervensi berbasis komunitas dan edukasi lebih lanjut dilakukan untuk mendorong perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan dalam pengelolaan makanan.