digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Mush'ab Hamaasatu Aflah
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER Mush'ab Hamaasatu Aflah
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Mush'ab Hamaasatu Aflah
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Mush'ab Hamaasatu Aflah
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Mush'ab Hamaasatu Aflah
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Mush'ab Hamaasatu Aflah
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Mush'ab Hamaasatu Aflah
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Mush'ab Hamaasatu Aflah
Terbatas  Yati Rochayati
» Gedung UPT Perpustakaan

Sudut kontak merupakan parameter yang dapat menilai kemampuan permukaan padatan mengalirkan fluida yang menimpanya (wettability). Sudut kontak terbentuk akibat interaksi tiga fase pada titik pertemuan. Nilai sudut yang terbentuk dapat diklasifikasikan sesuai dengan mobilitas cairan yang menimpa padatan, yaitu water-wet (0 ? 75°), intermediate-wet (75 ? 115°), dan oil-wet (115 ? 180°). Penelitian ini berusaha menginvestigasi pengaruh salinitas dalam mengubah wettability kaca preparat akibat interaksi droplet minyak, larutan air garam, dan kaca preparat. Penelitian dilakukan dengan menentukan sudut kontak minyak secara statik pada larutan air garam yang divariasikan konsentrasi garam terlarutnya. Bahan yang dibutuhkan pada percobaan penelitian ini adalah air distilasi, minyak pelumas, minyak goreng, kaca preparat, dan garam meja. Pengukuran dimulai dengan membuat 200 gram larutan air garam yang divariasikan berdasarkan massa garam terlarut, yaitu 0, 2, 5, 8, 10, 12, 15, 18, dan 20 gram. Minyak dimasukkan ke dalam jarum suntikan dan larutan diwadahi oleh chamber transparan. Sudut kontak diukur dengan alat contact angle meter CAAI 2320. Dua grafik sudut kontak terhadap salinitas didapat berdasarkan jenis minyak penyusun droplet. Grafik minyak pelumas menunjukkan adanya peningkatan sudut kontak droplet pada rentang 0 – 50.000 ppm. Hal ini dapat disebabkan oleh penyusun utama minyak yang nonpolar tidak dapat mendominasi interaksi sesama materi polar antara kaca preparat dan larutan air garam. Sedangkan pada grafik minyak goreng ditemukan tren yang berkebalikan pada rentang yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh penyusun minyak goreng bersifat polar sehingga interaksi polar dan polar antara larutan dan kaca terganggu.