Kerugian finansial akibat Non-Technical Losses (NTL), seperti pemakaian listrik
secara ilegal, menjadi tantangan besar bagi PT PLN (Persero) di Indonesia, dengan
tingkat akurasi program Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) dalam
mendeteksi fraud masih di bawah 20%. Penelitian ini bertujuan mengembangkan
model deteksi fraud berbasis anomali menggunakan algoritma Unsupervised
Learning, antara lain Local Outlier Factor (LOF), Isolation Forest (IF), dan One-
Class Support Vector Machine (OCSVM) untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi
program P2TL saat ini.
Metode penelitian mencakup pengembangan feature engineering dengan agregasi
fitur secara temporal dan statistis (rolling, growth rate, load factor) serta seleksi
fitur berbasis korelasi dan pembobotan fitur menggunakan Entropy Weight Method
(EWM). Data pelanggan dipartisi berdasarkan kapasitas daya untuk mengurangi
heterogenitas. Pemodelan menggunakan algoritma LOF, IF, dan OCSVM
dilakukan untuk menghitung skor deteksi anomali, menentukan persentase anomali
bulanan, dan mengklasifikasikannya menjadi fraud atau non-fraud berdasarkan
nilai ambang batas tertentu. Kinerja model dievaluasi menggunakan data validasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi clustering, algoritma LOF, IF, dan
seleksi fitur berbasis matriks korelasi dan pembobotan fitur menggunakan EWM
secara konsisten meningkatkan kinerja deteksi fraud. Namun, partisi data
berdasarkan kapasitas daya menghasilkan kinerja terbaik, dengan model LOF
mencatatkan F1-Score 72.78% dan Precision 65.71% pada pelanggan dengan
kapasitas daya 450 VA. IF unggul dalam efisiensi waktu pemrosesan untuk daya
lebih tinggi, sementara OCSVM unggul dalam Precision tetapi membutuhkan
waktu pemrosesan yang lebih lama. Secara keseluruhan, model LOF yang
diusulkan memberikan peningkatan yang signifikan dalam deteksi fraud dan
mendukung efektivitas pelaksanaan program P2TL.