digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Faris Ardhi Duineri
PUBLIC Open In Flipbook Ridha Pratama Rusli

Keterlibatan senyawa korosif seperti CO2 terlarut dalam air pada proses transportasi minyak mentah melalui sistem perpipaan dapat menyebabkan potensi degdradasi material akibat adanya korosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh parameterparameter yang merepresentasikan karakteristik minyak mentah dalam sistem perpipaan terhadap laju korosi pada logam melalui metode kehilangan massa. Variasi yang dilakukan meliputi nilai watercut, kandungan NaCl, dan rezim aliran fluida. Sampel yang diuji dalam penelitian merupakan logam carbon steel dan stainless steel 304. Medium yang digunakan berupa campuran minyak mentah (2 tipe minyak ; LL dan AA) dan brine solution dengan kandungan NaCl yang divariasikan pada rentang 1%, 2%, dan 3%. Variasi watercut dilakukan pada nilai 15%, 30%, 45%, 60%, dan 90%. Rezim aliran fluida divariasikan menjadi rezim aliran transisi (Bilangan Reynolds=3000) dan turbulen (Bilangan Reynolds=5000). Percobaan dilakukan pada temperatur 60? dalam tekanan 1 atm selama 24 jam. Analisis struktur mikroskopis logam dilakukan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy (EDS). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan watercut dari 15% ke 90% secara signifikan meningkatkan laju korosi pada carbon steel, dengan kenaikan terbesar pada minyak AA sebesar 1.107% (0,28 mm/tahun menjadi 3,38 mm/tahun), sementara stainless steel 304 menunjukkan kenaikan yang lebih rendah pada kedua minyak. Korosi lubang teramati pada morfologi kedua logam dan penumpukkan produk korosi dengan bentuk khas (cauliflower) teramati pada morfologi logam carbon steel. Peningkatan NaCl dari 1% ke 3% meningkatkan laju korosi, terutama pada carbon steel pada minyak AA yang mengalami kenaikan 314% (0,394 mm/tahun menjadi 1,628 mm/tahun), dengan stainless steel 304 lebih sensitif terhadap variasi NaCl dibandingkan faktor lainnya. Perubahan rezim aliran dari transisi menjadi turbulen meningkatkan laju korosi pada carbon steel, dengan kenaikan tertinggi pada minyak AA sebesar 56% (1,271 mm/tahun menjadi 1,988 mm/tahun), sementara dampak pada stainless steel 304 lebih rendah. Tingginya laju alir fluida pada rezim turbulen menyebabkan terbentuknya pola tapal kuda pada produk korosi logam carbon steel.