digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Hubungan antara paparan merkuri melalui konsumsi ikan dengan autisme saat ini menjadi perhatian publik, dimana terdapat hipotesis bahwa paparan merkuri saat prenatal memainkan peranan penting dalam etiologi autisme. Merkuri dapat menimbulkan kerusakan dan kematian neuron di dalam otak dimana kondisi tersebut hampir sama ditemukan pada diagnosa autisme. DHA dapat meningkatkan fungsi otak dan ameliorasi gejala perilaku yang ditunjukkan oleh anak dengan gangguan autisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah induksi metilmerkuri pada kondisi prenatal dapat membentuk model mencit autisme serta pengaruh pemberian DHA prenatal terhadap perilaku model mencit autisme. Pembentukan model mencit autisme dilakukan dengan menginduksi mencit menggunakan dosis oral tunggal metilmerkuri 4 mg/Kg dan 8 mg/Kg, diberikan pada pada hari ke-10 kehamilan (GD10) sementara pemberian DHA dilakukan sebelum (pretreatment) dan setelah (posttreatment) induksi. Pengaruh metilmerkuri dan DHA diamati pada anakan (F1) mencit melalui pengamatan perilaku yang berkaitan dengan beberapa gangguan yang terjadi pada kondisi autisme. Pengamatan perilaku yang dilakukan yaitu pengamatan aktifitas lokomotor menggunakan Open Field, abnormalitas interaksi sosial menggunakan Three Chamber Apparatus, perilaku berulang menggunakan Uji Murble Burying, Grooming dan Digging; serta pengamatan intelegensia menggunakan Hebb- William Maze. F1 mencit dari induk yang diinduksi metilmerkuri 8 mg/Kg; pada uji aktivitas lokomotor jarak tempuh jantan signifikan lebih jauh dibandingkan kontrol (p<0,05); sementara pada uji abnormalitas interaksi sosial, indeks preferensi sosial jantan signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (p<0,05); selanjutnya pada pengamatan perilaku berulang, jantan dan betina mengubur kelereng signifikan lebih banyak dibandingkan dengan kontrol (p<0,05) serta waktu akumulatif grooming dan digging yang signifikan lebih lama dibandingkan kontrol (p<0,05); yang terakhir yaitu pada uji kecerdasan, latensi jantan signifikan lebih lama dibandingkan dengan kontrol (p<0,05). Pada uji aktifitas berulang, F1 jantan dan betina kelompok DHA pretreatment maupun posttreatment mengubur jumlah kelereng yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok induksi namun hanya signifikan pada jantan (p<0,05), serta aktivitas digging yang lebih singkat secara signifikan dibandingkan dengan kelompok induksi (p<0,05). Pada uji intelegensia, latensi F1 jantan kelompok DHA posttreatment lebih singkat dibandingkan dengan kelompok induksi (p<0,05). Paparan metilmerkuri pada kondisi prenatal dosis oral 8 mg/Kg berpengaruh terhadap F1 mencit dimana terjadi gangguan perilaku seperti hiperaktifitas, defisit interaksi sosial, perilaku berulang yang terus-menerus, serta defisit memori spasial. Pengaruh metilmerkuri terhadap gangguan perilaku berbeda antara jenis kelamin pada F1 mencit dimana induk yang diinduksi metilmerkuri dosis 8 mg/Kg mengakibatkan gangguan perilaku yang secara umum dialami oleh F1 jantan. Pemberian dosis oral tunggal metilmerkuri 8 mg/Kg GD10 berpotensi membentuk model mencit autisme. Pemberian DHA prenatal yang diberikan setelah paparan metilmerkuri menunjukkan perbaikan gangguan perilaku berulang dan defisit memori spasial pada F1 mencit.