digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gunung Ruang, yang terletak di wilayah kepulauan Sulawesi Utara, mengalami dua erupsi eksplosif signifikan pada 17 dan 30 April 2024. Peristiwa ini mengakibatkan perubahan morfologi kawah secara drastis serta distribusi produk vulkanik yang meluas, khususnya di wilayah sekitar Pulau Tagulandang. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan topografi pasca-erupsi dan karakteristik geokimia produk erupsi, sebagai landasan ilmiah dalam upaya mitigasi bencana, perencanaan tata ruang, dan pengembangan sistem peringatan dini di kawasan kepulauan vulkanik aktif. Metodologi yang digunakan dalam studi ini mencakup pendekatan fotogrametri berbasis UAV (Unmanned Aerial Vehicle) untuk memperoleh data foto udara dan menghasilkan Digital Elevation Model (DEM) sebelum dan sesudah erupsi. Analisis perbandingan DEM menunjukkan perubahan topografi signifikan, terutama di sektor barat dan tenggara kawah. Luas area kawah mengalami peningkatan dari sekitar ±6.9 hektar sebelum erupsi menjadi ±28.7 hektar setelah erupsi kedua. Penyebaran produk erupsi seperti aliran piroklastik dan abu vulkanik teridentifikasi mengarah ke barat daya dan barat laut, dengan ketebalan abu mencapai beberapa sentimeter di Pulau Tagulandang. Untuk memahami karakter material vulkanik yang terbentuk, dilakukan analisis geokimia terhadap sampel abu dan batuan menggunakan instrumen X-Ray Fluorescence (XRF) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil XRF menunjukkan bahwa batuan pasca-erupsi didominasi oleh jenis andesit basaltik hingga basalt, dengan kadar SiO? berkisar antara 50–57%. Kandungan unsur utama dan jejak mengindikasikan adanya proses diferensiasi magma yang dinamis. Analisis SEM memperlihatkan tekstur vesikular tinggi pada permukaan partikel, menunjukkan pelepasan gas (degassing) yang kuat selama proses erupsi berlangsung. Mikrostruktur yang diamati juga menguatkan indikasi bahwa erupsi terjadi dalam waktu yang relatif cepat dan disertai tekanan gas yang tinggi, sehingga menghasilkan fragmentasi magma yang efisien. Kejadian erupsi Gunung Ruang tahun 2024 dapat diklasifikasikan dalam skala VEI 4 (Volcanic Explosivity Index), menandakan letusan besar dengan dampak signifikan terhadap morfologi kawah dan lingkungan sekitarnya. Perubahan topografi yang drastis berimplikasi langsung terhadap pola aliran material pada erupsi mendatang serta potensi bencana sekunder seperti longsoran dan banjir lahar. Hasil penelitian ini memperlihatkan pentingnya integrasi data geomatika dan geokimia dalam menganalisis dampak erupsi gunung api. Data yang diperoleh dapat menjadi acuan dalam pembaruan peta bahaya, penataan ruang kawasan rawan bencana, serta penyusunan sistem pemantauan dan peringatan dini yang lebih adaptif. Pendekatan terpadu seperti ini sangat relevan untuk diterapkan di wilayah kepulauan Indonesia yang memiliki banyak gunung api aktif dan rentan terhadap bencana vulkanik.