digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Veri Hendrayawan
PUBLIC Open In Flipbook Ridha Pratama Rusli

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi optimasi Carbon Capture and Storage (CCS) pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) melalui heat integration, analisis sensitivitas ekonomi, serta dampaknya terhadap sistem kelistrikan grid Jawa-Bali. Kajian ini menggunakan PLTU subcritical berkapasitas 3×330 MW untuk menilai pengaruh integrasi CCS terhadap kinerja sistem dan biaya pokok pembangkitan listrik (Levelized Cost of Electricity, LCoE). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa retrofit CCS dapat meningkatkan LCoE dari semula 58 USD/MWh (Rp. 942,7/ kWh) menjadi 124 USD/MWh (Rp. 2031,8/kWh). Komponen biaya terbesar untuk retrofit CCS berasal dari penangkapan CO? (21,7%), penalti energi akibat ekstraksi steam (18,5%), serta transportasi dan injeksi CO? (16,7%). Melalui optimasi proses dengan heat integration pada skema rich solvent preheater dan interstage heater, beban kerja reboiler yang semula 3,46 MJ/kgCO2 dapat dikurangi menjadi 2,07 MJ/kgCO2, sehingga menurunkan capture cost dari 77,2 USD/tCO2 menjadi 67,7 USD/tCO2. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa secara bisnis, CCS akan layak dilaksanakan bila persetujuan teknis batas atas emisi (PTBAE) bernilai 0,911 tCO?/MWh dan pajak karbon bernilai diatas 76 USD/tCO?. Pasar karbon internasional sebagai salah satu opsi dari nilai tax Indonesia saat ini yang masih rendah pada 2 USD/tCO?. PLTU batu bara pada jaringan Jawa-Bali memiliki tiga opsi: tetap beroperasi, atau pensiun dini dan digantikan oleh pembangkit energi terbarukan dan battery energy storage system (BESS), atau retrofit CCS. Pembangkit yang telah melebihi masa ekonominya lebih optimal digantikan oleh pembangkit variable renewable energy (VRE). Pembatasan VRE sejumlah 40% harus diimbangi dengan pengoperasian berbagai pembangkit dispatchable untuk menjaga keandalan dari inersia sistem. Retrofit PLTU+CCS menjadi salah satu opsi pembangkit dispatchable dalam bauran energi, seiring dengan penurunan LCoE PLTS+BESS sampai dengan 50 USD/MWh untuk mendukung transisi menuju energi baru dan terbarukan.