







Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi interaksi antara senyawa potensial inhibitor
dan gen yang terkait dengan risiko sindrom Down. Sebanyak 15 senyawa inhibitor dan
15 gen overekspresi pada penderita sindrom Down berhasil diidentifikasi. Dari
senyawa tersebut, 11 merupakan turunan imidazo[1,2-a]piridin, dan 4 lainnya adalah
turunan catechin golongan flavonoid. Afinitas ikatan antara senyawa dan gen dianalisis
menggunakan metode docking molekuler pada perangkat lunak YASARA dengan
algoritma Autodock VINA. Hasil menunjukkan tiga kompleks dengan nilai afinitas
ikatan terbaik, yaitu DYRK1A-senyawa 8o (-11,2 kcal/mol), BACE2-senyawa 8o (-
11,1 kcal/mol), dan TFAM-senyawa 8o (-11,8 kcal/mol). Ketiga kompleks tersebut
selanjutnya dianalisis stabilitas ikatannya dengan simulasi dinamika molekuler
menggunakan YASARA dengan force field AMBER14 selama 50 nanodetik. Hasil
dinamika molekuler menunjukkan bahwa kompleks DYRK1A adalah yang paling tidak
stabil, berdasarkan jumlah ikatan hidrogen, nilai Solvent Accessible Surface Area
(SASA), Radius of Gyration (Rg), Root Mean Square Deviation (RMSD), dan Root
Mean Square Fluctuation (RMSF) yang lebih tinggi dibandingkan kompleks lainnya.
Kompleks BACE2 dan TFAM menunjukkan stabilitas yang lebih baik dengan nilai
RMSD dan RMSF di bawah 3 Å. Analisis mesin pembelajaran kemudian dilakukan
untuk memprediksi nilai RMSD agar dilihat keakuratannya dengan hasil aktual RMSD
dinamika molekuler dengan metode Recurrent Neural Network (RNN), Long ShortTerm Memory (LSTM), Convolutional Neural Network (CNN), dan Artificial Neural
Network (ANN). Visualisasi prediksi menunjukkan bahwa kompleks DYRK1A lebih
menyerupai kondisi aktual, meskipun memiliki Root Mean Square Error (RMSE)
tertinggi dibandingkan BACE2 dan TFAM. Metode CNN menghasilkan rata-rata
RMSE terendah di antara metode lainnya. Senyawa yang paling berpotensi sebagai
inhibitor adalah senyawa 8n karena nilai afinitas ikatannya yang rendah dan
stabilitasnya pada kompleks BACE2 dan TFAM.