Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesinambungan antara budaya organisasi, kematangan budaya digital dan strategi transformasi di PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (“PT SMI”), sebuah Special Mission Vehicle (SMV) di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Dalam proses transformasi menuju Development Finance Institution (DFI), PT SMI perlu meningkatkan ketangkasan internal perseroan, kapasitas untuk melakukan inovasi, dan adanya penyelarasan budaya organisasi. Studi ini menggunakan pendekatan metode campuran yang bertujuan untuk memetakan profil budaya saat ini dan budaya yang diinginkan menggunakan metode OCAI, menilai tingkat kematangan budaya digital berdasarkan model Buvat et al (2017) dan mengukur tingkat kesiapan individu dalam proses perubahan menggunakan model ADKAR. Data primer dikumpulkan melalui survei serta wawancara mendalam dengan lima pimpinan senior dalam Perseroan yang terkait dengan proses transformasi ini yaitu Presiden Direktur, Direktur Operasional & Keuangan; Kepala Unit Sumber Daya Manusia; Tim Transformasi Perusahaan dan Kepala Unit Teknologi & Informasi.
Hasil survei menunjukkan adanya pergeseran budaya yang diinginkan karyawan yaitu penguatan budaya Klan yang berorientasi pada kolaborasi, pemberdayaan karwayan dan kepercayaan, hal ini untuk menyeimbangkan budaya dominan pada saat ini yang bersifat Hirarki yang mencerminkan stabilitas, control dan aversi terhadap risiko. Dari penilaian budaya digital menunjukkan tingkat kematangan yang cukup baik, dan menunjukkan adanya aspek yang perlu ditingkatkan antara lain pada aspek inovasi dan fokus kepada pelanggan. Pada penilaian ADKAR, penilaian dengan skor terendah terdapat pada elemen Awareness dan Reinforcement yang perlu diperhatikan lebih lanjut untuk pelaksanaan proses transformasi yang lebih lancar. Melalui analisis tematik dari hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan permasalahan terkait pengambilan keputusan yang kaku, pelaksanaan organisasi yang terkotak-kotak, terbatasnya pemberdayaan pada tingkat manajemen menengah serta tingkat adopsi teknologi yang belum optimal, yang dapat menghambat ketangkasan organisasi dan kolaborasi lintas unit.
Menggunakan analisis triangulasi atas temuan yang didapatkan dari hasil survey dan wawancara dan juga literatur terkait Change Management, Budaya Digital dan Competing Values Framework (CVF) memperkuat analisa bahwa keberhasilan transformasi perusahaan dipengaruhi oleh penyesuaian budaya yang berkesinambungan, peningkatan komunisasi dari senior manajemen dan perencanaan digital yang terstruktur. Transformasi yang berkelanjutan membutuhkan budaya yang adaptif, integrasi digital yang menyeluruh, serta pemberdayaan agen perubahan di seluruh bagian organisasi.
Untuk mendukung proses transformasi PT SMI, penelitian ini mengusulkan rencana implementasi strategis selama 12 bulan berturut-turut yang terbagi ke dalam 4 (empat) fase: (1) Kesadaran dan Fondasi; (2) Keterlibatan dan Penguatan Kapabilitas; (3) Aktivasi dan Proyek Percontohan; dan (4) Penguatan dan Institusionalisasi. Setiap fase mencakup program yang disesuaikan dengan 5 (lima) elemen ADKAR yaitu Awareness, Desire, Knowledge, Ability dan Reinforcement. Inisiatif yang diusulkan meliputi Program Agen Perubahan (Change Agent), forum lintas divisi, pelatihan digital untuk level manajemen, pelatihan yang terstruktur, proyek inovasi digital, serta integrasi metrik budaya dan digital kedalam KPI resmi perseroan.
Kontribusi penelitian ini terdiri dari segi akademis dimana menunjukkan keterkaitan antara budaya, kepemimpinan, dan kesiapan transformasi pada entitas BUMN dan dari segi praktis untuk memberikan panduan berbasis bukti untuk membantu PT SMI mencapai transformasi yang inklusif dan berkelanjutan. Upaya ini bertujuan untuk menjembatani ketidaksinambungan budaya perusahaan dan budaya digital yang saat ini dimiliki oleh PT SMI dan memastikan transformasi menjadi DFI dapat berjalan dengan lancar serta menawarkan strategi yang dapat direplikasi untuk BUMN lain sejenis yang memiliki tantangan serupa.
Perpustakaan Digital ITB