digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Elvina Angelica Melson
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Kecerdasan Intelektual adalah kemampuan seseorang dalam berpikir secara rasional, memahami ide-ide kompleks, menerapkan kreativitas, dan beradaptasi dengan lingkungan. Kecerdasan intelektual ini bukan hanya kemampuan dalam membaca buku dan mengerjakan kegiatan akademis, melainkan mencakup bagaimana seseorang memahami, memproses, dan menghadapi lingkungan. Kecerdasan ini berperan penting dalam kehidupan seseorang bukan hanya saat situasi belajar, melainkan saat masuk ke dunia profesional yang membutuhkan keunggulan kompetitif seseorang. Faktor-faktor yang memengaruhi kecerdasan dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang memengaruhi kecerdasan intelektual seseorang, yaitu genetik, perkembangan otak, kesehatan, dan keadaan emosional serta sosial. Sedangkan faktor eksternal yang memiliki pengaruh yang cukup besar yaitu lingkungan, kualitas pendidikan, dan pola aktivitas. Rata-rata tingkat kecerdasan intelektual (IQ) masyarakat Indonesia masih dikategori sangat rendah. Hal ini tentunya memengaruhi kualitas masyarkat Indonesia yang belum baik. Salah satu hal yang bisa meningkatkan kecerdasan intelektual seseorang ialah membaca. Dengan membaca, seseorang melatih otaknya untuk fokus dan memahami suatu bacaan. Selain itu, membaca juga memberikan manfaat bagi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial seseorang. Dalam proses membaca, individu menggunakan kemampuan literasi. Literasi merupakan kecakapan individu untuk membaca, menulis, dan mengolah informasi. Literasi merupakan salah satu hal utama yang memengaruhi kecerdasan individu. Dengan meningkatkan literasi, seseorang dapat memiliki kemampuan kognitif yang baik yang bisa membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang. Fenomena rendahnya literasi pada masyarakat Indonesia menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Rendahnya literasi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya minimnya akses ke sumber bacaan, tidak adanya budaya membaca, kurangnya kecakapan membaca, dan minimnya alternatif bahan bacaan. Selain faktor-faktor tersebut, stigma masyarakat terhadap perpustakaan juga memengaruhi minat membaca. Masyarakat Indonesia menganggap bahwa perpustakaan merupakan tempat yang membosankan. Ruang-ruang di dalam perpustakaan seringkali dianggap kaku, monoton, dan sangat tidak menarik. Suasana yang konstan ini menimbulkan rasa jenuh yang mengakibatkan masyarakat Indonesia malas membaca. Oleh karena itu, sebagai upaya meningkatkan literasi, kontribusi arsitektur adalah menghadirkan proyek dengan visi merancang perpustakaan sebagai pusat edukasi dan kolaborasi yang mendorong masyarakat untuk belajar, berbagi pengetahuan, dan mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan. Proyek ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi nonformal yang membantu meningkatkan literasi di kalangan masyarakat umum dengan kategori semua usia baik dari balita hingga lansia. Selain tempat membaca, perpustakaan ini memiliki fungsi penunjang kegiatan, seperti ruang publik yang dirancang untuk mewadahi kegiatan komunitas-komunitas yang ada. Proyek terdiri atas fungsi utama perpustakaan sebagai pusat edukasi dengan fasilitas meliputi ruang baca, ruang sesuai kategori usia, ruang kelas, co-working space, dan galeri seni. Selain itu, terdapat ruang publik yang berfungsi untuk mewadahi interaksi sosial dan kegiatan masyarakat, meliputi amphitheater, taman bermain, dan area rekreasi. Proyek ini terletak di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Proyek ini dibangun oleh pengembang Kota Baru Parahyangan, dengan kesepakatan bangunan akan dikelola dan dimiliki oleh pemerintah setelah dibangun. Lokasi tapak berada di Jalan Gelap Nyawang, Kecamatan Padalarang. Pemilihan lokasi tapak didasari oleh lokasinya yang dekat dengan fasilitas pendidikan lain yang berpotensi mengundang civitas akademik untuk datang. Selain itu, terdapat 2 klaster perumahan di dekat tapak, yang menjadi potensi masyarakat penghuni klaster untuk datang ke rancangan ini. Melalui analisis isu, pengguna, tapak, dan konteks proyek, diperoleh rumusan persoalan yaitu strategi meningkatkan minat masyarakat ke perpustakaan melalui konsep placemaking, penciptaan lingkungan belajar yang produktif dan kolaboratif, serta pengadaan lingkungan positif untuk mendorong interaksi sosial. Persoalan-persoalan tersebut berlandaskan pada Teori Placemaking, Teori Biophilic Design, Environmental Preference Theory, dan Teori Transprogramming Architecture. Seluruh teori tersebut kemudian digabungkan untuk menjadi dasar dalam perancangan dengan tujuan menjawab persoalan-persoalan perancangan, yang diikuti dengan perumusan konsep-konsep desain.