digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Abdul Hamid Al Habib
PUBLIC Open In Flipbook Rita Nurainni, S.I.Pus

Cuaca ekstrem seperti hujan es dan hujan lebat di wilayah bertopografi kompleks seperti Cekungan Bandung sering dipicu oleh pembentukan sel konvektif akibat pengaruh topografi, sehingga penting untuk mengkaji dan memahami karakteristik sel konvektif tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi inisiasi dan struktur sel konvektif penyebab hujan es dan hujan lebat di Cekungan Bandung menggunakan simulasi model cuaca numerik WRF-ARW selama periode Februari-Mei 2017. Pemilihan studi kasus didasarkan pada analisis Cumulative Distribution Function (CDF), Regeneration Index (RegI), dan identifikasi sel konvektif tunggal menggunakan algoritma pelacak fitur sel awan konvektif (pyFLEXTRKR). Hasil dari proses simulasi dan validasi teridentifikasi empat tipe inisiasi sel konvektif (CI), yaitu: (a) CI Hail (no CP), yang dipicu oleh low-level convergence disertai konveksi kuat di lapisan isotherm 00C hingga-200C, menghasilkan updraft kuat (~9.6 11.3 m/s) di lapisan menengah yang mendukung pembentukan deep moist convection; (b) CI Rain (intersecting CP), dipicu oleh interaksi multiple deep cold pools dengan udara hangat, menghasilkan strong low-level updraft (~9.3 m/s); (c) CI Rain (no CP), dipicu oleh low-level convergence dan konveksi lemah, dengan intensitas updraft yang bervariasi (~5.8 10 m/s); dan (d) CI Rain (isolated CP), dipicu oleh interaksi single shallow cold pool dengan udara hangat, menghasilkan weak mid-level updraft (~6.3 m/s). Sedangkan struktur sel konvektif hujan es dan hujan lebat paling berbeda pada fase matang. (i) Pada fase inisiasi, semua tipe sel konvektif menunjukkan awal updraft yang signifikan disertai dominasi rasio cloud water. Namun, sel konvektif yang dipicu oleh cold pool memiliki dasar awan lebih rendah dan transisi lebih cepat ke fase matang. (ii) Pada fase matang, sel hujan es memiliki puncak awan tertinggi dan updraft kuat (13.5 18.6 m/s) di lapisan menengah-atas, updraft rotation signifikan dan rasio solid hydrometeors yang lebih tinggi. Sebaliknya, sel konvektif hujan lebat memiliki updraft lebih lemah (8.2-14.4 m/s) di lapisan bawah-menengah dengan dominasi liquid hydrometeors. (iii) Fase disipasi semua tipe sel konvektif ditandai oleh melemahnya updraft (0.4-5.7 m/s) dan penurunan total condensate mixing ratio.