ABSTRAK_Farah Zulfa Fauziyah
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan
Autism Spectrum Disorder (ASD) atau autisme merupakan kelompok kondisi yang terkait dengan gangguan perkembangan otak, yang menyebabkan kesulitan dalam komunikasi, interaksi sosial, motorik, sensorik, dan emosi. Penyandang autisme sering menghadapi tantang dalam memperoleh dan mengolah informasi sehingga perlu adanya metode dan fasilitas khusus untuk dapat memenuhi haknya dalam memperoleh pendidikan yang sesuai.
Di Indonesia, ketersediaan fasilitas edukasi dan rehabilitasi untuk penyandang autisme di Indonesia masih terbatas, baik dalam jumlah maupun jangkauan. Menurut data UNICEF yang diolah dari data SUSENAS, 73,7% anak penyandang disabilitas, termasuk autisme, tidak bersekolah. Hal ini menjadi alasan utama perancangan pusat autisme yang mengintegrasikan fasilitas edukasi dan rehabilitasi dengan pendekatan yang responsif terhadap kebutuhan sensori dan perilaku penyandang autisme.
Tantangan utama dalam proyek ini adalah merancang lingkungan yang adaptif untuk kebutuhan sensori penyandang autisme yang beragam sekaligus memastikan keberlanjutan desain, serta mendorong perilaku positif secara alami tanpa kesan memaksa. Desain juga harus mendukung rutinitas yang terstruktur untuk mempermudah aktivitas dan kemandirian dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan dan pedoman yang digunakan dalam proyek ini meliputi ASPECTSS, ASPECTSS 2.0, Designing for The Senses, serta Designing Realistic Environment. Pendekatan dan pedoman tersebut menjadi landasan dalam perancangan proyek untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung perkembangan individu.
Fasilitas utama pada proyek ini mencakup sekolah khusus autisme dengan kurikulum dan metode pembelajaran yang disesuaikan, ruang terapi individual, ruang tenang, ruang stimulasi sensori, ruang pengembangan minat dan bakat, serta ruang-ruang interaksi indoor dan outdoor. Proyek ini juga dilengkapi dengan fasilitas pelatihan untuk tenaga didik dan keluarga. Ruang-ruang diatur berdasarkan urutan kegiatan yang logis serta hierarki privasi dan sensori agar memudahkan penyandang autisme dalam menjalani aktivitas dan rutinitas. Selain itu, ruang-ruang juga dirancang dengan elemen arsitektural yang responsif, seperti pencahayaan terkontrol, warna netral, material bertekstur, dan furnitur fleksibel untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman.
Proyek ini diharapkan dapat menjadi solusi atas keterbatasan fasilitas edukasi dan rehabilitasi penyandang autisme di Indonesia. Selain itu, proyek ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi dalam pengembangan fasilitas serupa yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup penyandang autisme melalui pendekatan desain yang responsif.
Perpustakaan Digital ITB