ABSTRAK Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
LAMPIRAN Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menuntut
perencanaan dan perancangan kota yang mampu mengakomodasi kebutuhan dan
keterbatasan fisik mereka. Lansia sebagai kelompok rentan memerlukan
lingkungan yang mendukung aktivitas fisik dan sosial mereka untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka, salah satunya adalah dengan penyediaan ruang terbuka
publik yang ramah lansia. Namun, sebagian besar ruang terbuka publik di kota-kota
besar belum sepenuhnya dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan lansia.
Selain itu, kebijakan yang berlaku belum sepenuhnya mengatur secara teknis
penyediaan ruang terbuka publik yang ramah lansia. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi penerapan prinsip ramah lansia pada ruang terbuka
publik di Kota Bandung, dengan mengambil studi kasus Taman Lansia sebagai
salah satu ruang terbuka publik tertua di Kota Bandung yang mempunyai sejarah
dengan penduduk lansia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dengan metode evaluasi semu
menggunakan kriteria dan indikator evaluasi yang disusun berdasarkan tinjauan
pustaka terhadap literatur dan pedoman desain ramah lansia yang sudah teruji dan
diterapkan di berbagai negara. Evaluasi dilakukan melalui dua tahapan utama.
Pertama, observasi lapangan terhadap kondisi eksisting taman menggunakan
checklist untuk mengukur ketercapaian tiap indikator fisik dan spasial berdasarkan
standar ideal yang telah ditentukan. Kedua, dilakukan penyebaran kuesioner kepada
107 responden lansia di Kota Bandung untuk mengetahui persepsi mereka terhadap
pentingnya masing-masing kriteria dan komponen ruang terbuka publik yang ramah
terhadap lansia, menggunakan skala Likert 1–5. Hasil kuesioner kemudian diolah
secara kuantitiatif untuk menentukan bobot setiap kriteria dan komponen melalui
normalisasi nilai rata-rata, sehingga penilaian evaluasi dapat mencerminkan
konteks preferensi lokal.
Terdapat enam kriteria utama yang dijadikan dasar evaluasi, yaitu aksesibilitas,
kenyamanan, keselamatan, kemudahan, aktivitas fisik, dan interaksi sosial. Hasil
evaluasi menunjukkan bahwa ketercapaian tertinggi terdapat pada kriteria interaksi
sosial dengan nilai 100%, ditunjang oleh keberadaan ruang duduk, ruang
bersosialisasi, dan program khusus lansia yang memadai. Sementara itu, kriteria
iv
lainnya menunjukkan ketercapaian yang rendah hingga sedang, antara lain aktivitas
fisik (51,4%), kenyamanan (38,77%), aksesibilitas (46,06%), keselamatan
(11,58%), dan kemudahan (11,36%). Setelah dikalikan dengan bobot dari hasil
kuesioner, diperoleh nilai ketercapaian akhir sebesar 42.63%, yang menunjukkan
bahwa penerapan prinsip ramah lansia di Taman Lansia masih berada pada kategori
rendah.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun taman telah
mendukung interaksi sosial lansia, masih terdapat banyak kekurangan dalam aspek
fungsional lainnya, terutama dalam penyediaan fasilitas dasar seperti toilet lansia,
tempat duduk ergonomis, sistem pencahayaan, ramp/tangga standar, jalur pejalan
kaki bebas hambatan, serta signage dan direktori untuk kemudahan orientasi.
Rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan tingkat ketercapaian dan bobot
pentingnya masing-masing kriteria, sehingga dapat diprioritaskan secara bertahap
dan tepat sasaran. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam
pengembangan ruang terbuka publik yang lebih inklusif, serta memperkuat
kebijakan kota dalam menyusun perencanaan yang ramah lansia secara
komprehensif dan partisipatif
Perpustakaan Digital ITB