digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Danendra Ardiyanto
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menuntut perencanaan dan perancangan kota yang mampu mengakomodasi kebutuhan dan keterbatasan fisik mereka. Lansia sebagai kelompok rentan memerlukan lingkungan yang mendukung aktivitas fisik dan sosial mereka untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, salah satunya adalah dengan penyediaan ruang terbuka publik yang ramah lansia. Namun, sebagian besar ruang terbuka publik di kota-kota besar belum sepenuhnya dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan lansia. Selain itu, kebijakan yang berlaku belum sepenuhnya mengatur secara teknis penyediaan ruang terbuka publik yang ramah lansia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan prinsip ramah lansia pada ruang terbuka publik di Kota Bandung, dengan mengambil studi kasus Taman Lansia sebagai salah satu ruang terbuka publik tertua di Kota Bandung yang mempunyai sejarah dengan penduduk lansia. Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dengan metode evaluasi semu menggunakan kriteria dan indikator evaluasi yang disusun berdasarkan tinjauan pustaka terhadap literatur dan pedoman desain ramah lansia yang sudah teruji dan diterapkan di berbagai negara. Evaluasi dilakukan melalui dua tahapan utama. Pertama, observasi lapangan terhadap kondisi eksisting taman menggunakan checklist untuk mengukur ketercapaian tiap indikator fisik dan spasial berdasarkan standar ideal yang telah ditentukan. Kedua, dilakukan penyebaran kuesioner kepada 107 responden lansia di Kota Bandung untuk mengetahui persepsi mereka terhadap pentingnya masing-masing kriteria dan komponen ruang terbuka publik yang ramah terhadap lansia, menggunakan skala Likert 1–5. Hasil kuesioner kemudian diolah secara kuantitiatif untuk menentukan bobot setiap kriteria dan komponen melalui normalisasi nilai rata-rata, sehingga penilaian evaluasi dapat mencerminkan konteks preferensi lokal. Terdapat enam kriteria utama yang dijadikan dasar evaluasi, yaitu aksesibilitas, kenyamanan, keselamatan, kemudahan, aktivitas fisik, dan interaksi sosial. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa ketercapaian tertinggi terdapat pada kriteria interaksi sosial dengan nilai 100%, ditunjang oleh keberadaan ruang duduk, ruang bersosialisasi, dan program khusus lansia yang memadai. Sementara itu, kriteria iv lainnya menunjukkan ketercapaian yang rendah hingga sedang, antara lain aktivitas fisik (51,4%), kenyamanan (38,77%), aksesibilitas (46,06%), keselamatan (11,58%), dan kemudahan (11,36%). Setelah dikalikan dengan bobot dari hasil kuesioner, diperoleh nilai ketercapaian akhir sebesar 42.63%, yang menunjukkan bahwa penerapan prinsip ramah lansia di Taman Lansia masih berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun taman telah mendukung interaksi sosial lansia, masih terdapat banyak kekurangan dalam aspek fungsional lainnya, terutama dalam penyediaan fasilitas dasar seperti toilet lansia, tempat duduk ergonomis, sistem pencahayaan, ramp/tangga standar, jalur pejalan kaki bebas hambatan, serta signage dan direktori untuk kemudahan orientasi. Rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan tingkat ketercapaian dan bobot pentingnya masing-masing kriteria, sehingga dapat diprioritaskan secara bertahap dan tepat sasaran. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan ruang terbuka publik yang lebih inklusif, serta memperkuat kebijakan kota dalam menyusun perencanaan yang ramah lansia secara komprehensif dan partisipatif