digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Resistensi antimikroba merupakan salah satu tantangan utama dalam bidang kesehatan global. Penemuan senyawa antimikroba baru dari sumber alam, seperti metabolit sekunder jamur endofit, menjadi pendekatan potensial untuk mengatasinya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi aktivitas antimikroba dari ekstrak dan fraksi Cylindrocarpon sp. strain Apls 1.5.3, jamur dark septate endophyte yang diisolasi dari akar Pinus merkusii. Kultur difermentasi dan dipisahkan menjadi media dan biomassa melalui sentrifugasi. Media diekstraksi secara cair-cair menggunakan etil asetat, sedangkan biomassa dimaserasi dengan metanol. Aktivitas antimikroba diuji terhadap Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida albicans menggunakan metode mikrodilusi untuk menentukan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), serta metode drop test untuk menentukan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Ekstrak etil asetat media menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap S. aureus dengan KHM dan KBM 512 µg/mL serta C. albicans dengan KHM dan KBM 2048 µg/mL, tetapi tidak aktif terhadap E. coli. Sebaliknya, ekstrak metanol biomassa tidak menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap seluruh mikroba uji pada konsentrasi yang diuji. Fraksinasi terhadap ekstrak etil asetat media menghasilkan enam fraksi gabungan. Fraksi gabungan 4 dan 5 memiliki aktivitas antimikroba paling baik terhadap S. aureus, dengan KHM masing-masing 32 µg/mL dan 256 µg/mL. Seluruh fraksi menunjukkan aktivitas lemah terhadap C. albicans. Berdasarkan uji identifikasi golongan senyawa, ekstrak etil asetat media diduga mengandung senyawa golongan fenol, flavonoid, dan alkaloid, serta diduga terdapat senyawa golongan alkaloid pada beberapa fraksi gabungan. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi dari Cylindrocarpon sp. Apls 1.5.3 berpotensi sebagai sumber antimikroba baru.