digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Andy Rivai
PUBLIC Open In Flipbook Ridha Pratama Rusli

Transisi menuju sistem energi rendah karbon menjadi prioritas nasional sebagaimana ditetapkan dalam RUPTL 2021–2030. Salah satu strategi utama adalah penerapan co-firing biomassa di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tanpa modifikasi sistem pembakaran. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi secara kuantitatif dan terintegrasi kelayakan teknis dan ekonomi dari skenario co-firing 5% biomassa lokal—Kaliandra dan Gamal—serta melakukan pemilihan optimal pemasok batubara menggunakan pendekatan multi-kriteria di PLTU Paiton. Evaluasi dilakukan melalui simulasi termodinamika menggunakan perangkat lunak Cycle-Tempo yang telah divalidasi dengan data heat balance aktual. Tiga parameter utama dianalisis: Specific Fuel Consumption (SFC), emisi CO? (mengacu IPCC 2006), dan Higher Heating Value (HHV). Sebanyak 36 skenario pencampuran antara 12 pemasok batubara dan 3 jenis biomassa disimulasikan. Optimasi pemilihan pemasok dilakukan menggunakan Weighted Sum Method (WSM) berbobot seimbang terhadap HHV, SFC, dan emisi CO?. Hasil menunjukkan bahwa pemasok batubara S10 dengan biomassa Kaliandra atau Gamal memberikan performa optimal (SFC 0,41 kg/kWh dan emisi CO? 263,6 ton/jam). Dibandingkan sawdust, Kaliandra dan Gamal terbukti lebih efisien secara termal dan lingkungan. Analisis spasial terhadap 36 lokasi hutan produksi Perhutani KPH Probolinggo mengidentifikasi zona prioritas Hutan Tanaman Energi (HTE) di bawah 30 km dari PLTU. Secara ekonomi, biomassa lokal memiliki biaya produksi listrik Rp313,7–315,0/kWh, sedikit lebih tinggi dari sawdust (Rp313,5/kWh), namun tetap kompetitif. Studi ini menyimpulkan bahwa kombinasi optimal pemasok batubara dan biomassa lokal dapat mendukung implementasi co-firing yang efisien dan berkelanjutan dalam skema transisi energi rendah karbon nasional.