Transisi menuju sistem energi rendah karbon menjadi prioritas nasional
sebagaimana ditetapkan dalam RUPTL 2021–2030. Salah satu strategi utama
adalah penerapan co-firing biomassa di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
tanpa modifikasi sistem pembakaran. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi secara
kuantitatif dan terintegrasi kelayakan teknis dan ekonomi dari skenario co-firing
5% biomassa lokal—Kaliandra dan Gamal—serta melakukan pemilihan optimal
pemasok batubara menggunakan pendekatan multi-kriteria di PLTU Paiton.
Evaluasi dilakukan melalui simulasi termodinamika menggunakan perangkat lunak
Cycle-Tempo yang telah divalidasi dengan data heat balance aktual. Tiga parameter
utama dianalisis: Specific Fuel Consumption (SFC), emisi CO? (mengacu IPCC
2006), dan Higher Heating Value (HHV). Sebanyak 36 skenario pencampuran
antara 12 pemasok batubara dan 3 jenis biomassa disimulasikan. Optimasi
pemilihan pemasok dilakukan menggunakan Weighted Sum Method (WSM)
berbobot seimbang terhadap HHV, SFC, dan emisi CO?.
Hasil menunjukkan bahwa pemasok batubara S10 dengan biomassa Kaliandra atau
Gamal memberikan performa optimal (SFC 0,41 kg/kWh dan emisi CO? 263,6
ton/jam). Dibandingkan sawdust, Kaliandra dan Gamal terbukti lebih efisien secara
termal dan lingkungan. Analisis spasial terhadap 36 lokasi hutan produksi Perhutani
KPH Probolinggo mengidentifikasi zona prioritas Hutan Tanaman Energi (HTE) di
bawah 30 km dari PLTU. Secara ekonomi, biomassa lokal memiliki biaya produksi
listrik Rp313,7–315,0/kWh, sedikit lebih tinggi dari sawdust (Rp313,5/kWh),
namun tetap kompetitif. Studi ini menyimpulkan bahwa kombinasi optimal
pemasok batubara dan biomassa lokal dapat mendukung implementasi co-firing
yang efisien dan berkelanjutan dalam skema transisi energi rendah karbon nasional.
Perpustakaan Digital ITB