Perubahan iklim merupakan tantangan global yang menuntut upaya kolektif,
termasuk dari Indonesia yang menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca
sebesar 31,89% secara mandiri dan 43,20% dengan dukungan internasional, yang
direspons oleh PLN melalui integrasi pengembangan bisnis hidrogen ke dalam
strategi transisinya. Penelitian ini mensimulasikan lima skema produksi hidrogen
di PLTU Banten 2 Labuan untuk mengevaluasi kinerja teknis, finansial, dan
dampak lingkungannya. Hasil analisis menunjukkan variasi signifikan pada aspek
keekonomian dan emisi karbon. Skema 4 memiliki OPEX dan emisi terendah,
namun CAPEX sangat tinggi, menghasilkan LCOH tertinggi sebesar 7,41 USD/kg,
NPV negatif sebesar -333.405,96 USD, IRR -0,25%, dan PI sebesar 0,37, sehingga
tidak layak secara finansial. Skema 2 menawarkan LCOH terendah sebesar 3,79
USD/kg, namun disertai emisi karbon tertinggi sebesar 373.176 kg CO?e.
Sebaliknya, Skema 5 menunjukkan keseimbangan terbaik antara biaya dan
keberlanjutan, dengan CAPEX dan LCOH sedang sebesar 4,03 USD/kg, disertai
kinerja finansial positif. NPV sebesar 48.096,34 USD, PI sebesar 1,63, IRR sebesar
16,6%, dan DPP yang relatif singkat yaitu 8,07 tahun. Berdasarkan indikator
tersebut, Skema 5 direkomendasikan sebagai opsi paling optimal untuk
implementasi produksi hidrogen di unit pembangkit yang mendukung pencapaian
target dekarbonisasi nasional.
Perpustakaan Digital ITB