digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Rafi Arlei Dipodiwiryo [17221047]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi adaptasi motif Tatreez Palestina—sebuah seni bordir tradisional yang kaya akan makna simbolis dan nilai-nilai budaya—ke dalam teknik batik Indonesia sebagai bentuk representasi lintas budaya dalam konteks seni tekstil kontemporer. Tatreez merupakan bentuk ekspresi visual yang diwariskan secara matrilineal oleh perempuan Palestina, dan menjadi salah satu penanda identitas nasional yang kuat, terutama dalam menghadapi tekanan politik dan sosial akibat penjajahan. Setiap motif dalam Tatreez mengandung simbol yang merefleksikan wilayah geografis, status sosial, hingga narasi perlawanan. Sementara itu, Batik Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia juga memiliki akar historis dan filosofi yang kuat, menjadikannya media ekspresi yang dalam dan kaya akan makna simbolik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode utama berupa studi literatur, observasi lapangan di studio batik (Hasan Batik), wawancara semi-terstruktur dengan pengrajin, serta eksplorasi visual dan eksperimental terhadap desain motif serta teknik produksi tekstil. Proses pengumpulan data dilakukan selama masa magang dan penciptaan karya, dan didukung oleh dokumentasi visual, sketsa, serta refleksi proses kreatif yang mendalam. Penelitian ini menghasilkan tiga karya utama, yaitu satu kain batik eksploratif dan dua busana, masing-masing menggabungkan teknik batik tulis dan sulaman tangan ala Tatreez Palestina seperti teknik fallahi (cross stitch) dan tahrireh (couching stitch). Motif-motif yang dipilih antara lain olive branch (ranting zaitun), cypress tree (pohon cemara), moon of Bethlehem, serta motif-motif geometris khas Tatreez. Setiap simbol tersebut dipilih tidak hanya berdasarkan estetika visual, tetapi juga nilai-nilai makna yang dikandungnya, seperti ketahanan, kehidupan, harapan, dan keberanian. Teknik pewarnaan dilakukan melalui metode nyelup (pencelupan) dan mencoled (pengolesan manual warna) untuk menjaga ketajaman visual dan fleksibilitas dalam pengendalian warna, sedangkan sulaman ditambahkan secara selektif untuk memperkaya tekstur dan mempertegas identitas motif. Temuan utama menunjukkan bahwa proses adaptasi visual dan teknik dari dua tradisi yang berbeda ini tidak hanya memungkinkan penciptaan bentuk estetis baru, tetapi juga menghadirkan ruang reflektif untuk narasi politik dan identitas budaya. Karya yang dihasilkan memuat makna perlawanan dan solidaritas, serta menjadi sarana untuk mengangkat isu sosial melalui medium kriya. Melalui pendekatan artistik, penelitian ini membuka kemungkinan baru dalam pelestarian budaya minoritas melalui kolaborasi visual dan teknik lintas tradisi. Kesimpulannya, proyek tugas akhir ini menunjukkan bahwa kriya tekstil tidak hanya berfungsi sebagai karya visual, tetapi juga sebagai bentuk narasi sosial dan budaya yang hidup. Kolaborasi antara motif Tatreez Palestina dan teknik batik Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana seni kriya dapat menjadi jembatan antarbudaya sekaligus ruang resistensi kreatif terhadap isu-isu kontemporer. Karya ini diharapkan dapat memperluas pemahaman tentang potensi seni tekstil sebagai media representasi dan empati lintas batas.