berkelanjutan. Kontribusi usahatani kakao terhadap total pendapatan rumah tangga yang bervariasi antara 9,08% hingga 96,66%, dengan rata-rata sebesar 59,91%. Analisis SLA menunjukkan petani memiliki aset yang saling terkait. Modal manusia didukung pengalaman dan pengetahuan tradisional, namun akses pelatihan masih terbatas. Modal alam cukup potensial melalui lahan dan iklim, tetapi terhambat kualitas tanah dan OPT. Modal sosial kuat dalam gotong royong, namun belum terhubung dengan lembaga formal. Modal finansial rendah karena kurangnya diversifikasi pendapatan dan akses pembiayaan. Modal fisik seperti alat dan infrastruktur masih minim, memengaruhi efisiensi dan produktivitas.
Melalui integrasi kerangka SWOT dan SLA, penelitian ini merumuskan rekomendasi strategi penghidupan yang dikelompokkan ke dalam: (1) modal manusia – penguatan kapasitas melalui pelatihan teknis budidaya dan manajemen usaha tani; (2) modal alam – peremajaan tanaman kakao dan diversifikasi tanaman pendukung; (3) modal finansial – perbaikan pencatatan keuangan, pemanfaatan harga kakao tinggi untuk investasi, dan penghematan biaya produksi; (4) modal sosial – penguatan kelembagaan kelompok tani, penjualan kolektif, dan perluasan jaringan pemasaran; serta (5) modal fisik – peningkatan akses jalan kebun, fasilitas pascapanen, dan pengamanan hasil. Penelitian ini memberikan kontribusi teoretis dalam pengembangan metode evaluasi kesejahteraan berbasis LIB, serta kontribusi praktis sebagai acuan dalam perumusan kebijakan pembangunan agraria dan pengentasan kemiskinan yang berkeadilan dan berkelanjutan di tingkat lokal. Implementasi strategi ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan pelaku pasar guna mendukung tercapainya standar hidup layak bagi petani kakao di wilayah pedesaan.
Perpustakaan Digital ITB