digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kemiskinan dan keterbatasan akses pangan merupakan dua isu strategis yang saling berkaitan dan masih menjadi tantangan utama di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Pada beberapa dekade terakhir, konsep kemiskinan berkembang dari sekadar kekurangan pendapatan menjadi persoalan multidimensi yang mencakup keterbatasan dalam berbagai dimensi kehidupan. Kemiskinan multidimensi memiliki hubungan erat dengan akses pangan, membentuk siklus yang kompleks dan saling memperkuat, terutama di wilayah dengan kerentanan struktural dan geografis. Sebagai provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia, Jawa Barat menjadi salah satu penyumbang utama terhadap tingkat kemiskinan secara nasional. Meskipun berperan sebagai sentra produksi pangan, provinsi ini juga menunjukkan proporsi pengeluaran pangan rumah tangga yang tinggi, yang mengindikasikan adanya ketimpangan akses terhadap pangan yang tidak dapat dijelaskan hanya melalui aspek ketersediaan pangan (availability). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pola spasial kemiskinan multidimensi dan menganalisis keterkaitannya dengan akses pangan di Provinsi Jawa Barat. Menggunakan data Indeks Kemiskinan Multidimensi (IKM) periode 2019–2023, penelitian ini mengidentifikasi karakteristik spasial melalui analisis deskriptif, indeks Moran, dan Local Indicators of Spatial Association (LISA). Hasilnya menunjukkan pola spasial kemiskinan yang tidak merata, dengan konsentrasi tinggi di wilayah selatan dan perdesaan yang kurang terintegrasi ke pusat pertumbuhan. Pola ini bersifat persisten dan menunjukkan kecenderungan pengelompokan spasial (spatial clustering) yang semakin menguat dalam lima tahun terakhir. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan spasial dalam perumusan kebijakan pengentasan kemiskinan dan peningkatan aksesibilitas pangan lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan wilayah.