ABSTRAK Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
LAMPIRAN Windha Noftriana
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan
Natrium alginat merupakan salah satu hidrokoloid yang banyak digunakan sebagai
pengental, pembentuk gel, penstabil, dan pengemulsi dalam industri pangan. Natrium
alginat ini dapat diperoleh dari rumput laut cokelat dan banyak terkandung di dinding sel
dalam bentuk kalsium alginat. Pada tahun 2019, Indonesia mengimpor 1.600 ton asam
alginat, tetapi pada tahun yang sama, PT. Panorama Laut Indah mampu mengekspor
rumput laut coklat Sargassum sp. sebesar 2.000 ton ke Tiongkok. Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia memiliki potensi besar bahan baku penghasil alginat tetapi belum
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan alginat dalam negeri. Secara umum, proses
produksi natrium alginat terdiri atas tahap perlakuan awal, perlakuan asam, ekstraksi
basa, presipitasi, pemurnian, dan pengeringan. Rendemen serta karakteristik natrium
alginat bergantung pada beberapa hal, seperti spesies rumput laut dan kondisi operasi
yang ditetapkan. Penelitian ini berfokus pada tahap perlakuan asam yang bertujuan untuk
menentukan pengaruh kondisi operasi pada tahap perlakuan asam terhadap rendemen dan
karakteristik natrium alginat. Rancangan percobaan penelitian ini adalah faktorial desain
3 faktor, 2 level, dengan 3 center point. Faktor tersebut meliputi konsentrasi HCl (0,1 M;
0,2 M; 0,3 M), waktu perlakuan asam (1 jam, 2 jam, 3 jam), dan suhu perlakuan asam
(30°C, 45°C, 60°C). Natrium alginat yang dihasilkan kemudian dihitung nilai rendemen
dan diuji karakteristik fisik dan kimianya, meliputi viskositas, gel strength, kemurnian,
kadar abu, whiteness index, dan kadar air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
konsentrasi HCl pada tahap perlakuan asam berpengaruh signifikan terhadap gel strength
dan whiteness index; waktu perlakuan asam berpengaruh signifikan terhadap gel strength,
whiteness index, dan kadar abu; serta suhu perlakuan asam berpengaruh signifikan
terhadap rendemen, viskositas, gel strength, kemurnian, whiteness index, dan kadar abu.
Sedangkan interaksi antar faktor secara umum hanya memengaruhi gel strength dan
whiteness index. Kadar air lebih dipengaruhi oleh proses pengeringan dibandingkan oleh
tahap perlakuan asam. Natrium alginat terbaik pada rentang variasi penelitian ini
diperoleh pada variasi 0,3 M; 3 jam, 30°C yang menghasilkan rendemen 20,52%,
viskositas 46,7 cP, gel strength 89,95 g/cm2, kemurnian 89,95%, kadar abu 22,95%,
whitenees index 21,41, dan kadar air 11,93%.
Perpustakaan Digital ITB