digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak -Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

COVER - Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB I - Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II - Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III - Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV - Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V - Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA - Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN - Rizki Dwi Setiyani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Industri kopi menghasilkan limbah Spent Coffee Grounds (SCG) dalam jumlah besar yang berpotensi mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Limbah SCG merupakan hasil samping dari proses penyeduhan biji kopi menjadi minuman kopi yang jumlahnya dapat mencapai 65% (w/w) dari kapasitas biji kopi yang digunakan dan masih mengandung senyawa bernilai ekonomi seperti lemak, protein, dan polisakarida. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi lemak nabati dan mengetahui kualitas lemak nabati dari SCG yang dihasilkan melalui fermentasi menggunakan Fusarium subglutinans dengan laju pertumbuhan sebesar 0,474 ± 0,00187/jam dan generation time sebesar 1,46 ± 0,00575, SCG hasil fermentasi kemudian diekstraksi dengan metode karbon dioksida superkritis (SCO2). Fermentasi dilakukan selama 36 jam pada suhu 25 °C, pH 4,85, dan laju aerasi sebesar 0,26 vvm dalam media Potato Dextrose Broth (PDB) yang ditambahkan 6% (w/v) spent coffee grounds (SCG). Ekstraksi dengan metode SCO2 dilakukan selama 120 menit dengan kondisi ekstraktor pada suhu 60 ? dan tekanan 30 ± 2 Mpa, serta kondisi separator pada suhu 80 ? dan tekanan 5-9 MPa. Proses fermentasi Spent Coffee Grounds (SCG) terbukti mampu meningkatkan perolehan lemak dari 9,96% (w/w) menjadi 17,9% (w/w) yang meningkat sebesar 79,5%. Ekstraksi lemak hasil karbon dioksida superkritis dibandingkan juga dengan metode standar yang umumnya dilakukan, yaitu metode Soxhlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan lemak dengan metode Soxhlet secara statistik masih lebih baik (p < 0,05) dibandingkan metode SCO2. Akan tetapi, metode SCO2 memiliki rasio perolehan lemak yang mendekati metode Soxhlet, yaitu sebesar 59,4%. Metode SCO2 menawarkan produktivitas tinggi dengan keunggulan efisiensi berupa waktu ekstraksi yang lebih singkat dan tidak memerlukan unit tambahan untuk memisahkan lemak dengan pelarut. Lemak hasil fermentasi yang dihasilkan dari metode SCO2 juga menunjukkan kualitas lebih tinggi, ditunjukkan dengan HHV sebesar 41,37 MJ/kg dan kapasitas inhibisi sebesar 79,86% dibandingkan dengan HHV dan kapasitas inhibisi berturut-turut sebesar 41 MJ/kg dan 72,01% pada lemak tanpa fermentasi. Penurunan densitas terjadi dari 917,5 kg/m³ menjadi 914,5 kg/m³ pada lemak hasil fermentasi. Dengan demikian, fermentasi SCG dan ekstraksi dengan metode SCO2 meningkatkan perolehan serta kualitas lemak nabati, sehingga berpotensi sebagai metode ekstraksi yang efisien dan ramah lingkungan dibandingkan metode Soxhlet.