Ubi jalar cilembu adalah varietas lokal dari Desa Cilembu yang dikenal bergizi tinggi dan mudah dibudidayakan, sehingga menyebar luas di Indonesia. UMKM Ubi Cilembu Ma Utik di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, merupakan salah satu pelaku agribisnis lokal yang mengolah ubi jalar cilembu menjadi produk olahan pangan bernilai tambah yang tinggi. Namun, di tengah perannya yang strategis, banyak UMKM di Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan risiko dan pencatatan keuangan yang belum terdokumentasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi risiko serta merumuskan strategi mitigasi untuk meningkatkan efisiensi, daya saing, dan keberlanjutan usaha, menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan proses analisis semi kuantitatif melalui wawancara dan kuesioner, dibantu dengan metode analisis pemetaan aktivitas rantai nilai Porter, analisis nilai tambah Hayami, serta House of Risk (HOR) tahap 1 dan 2. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas rantai nilai pada pengolahan ubi jalar cilembu di UMKM Ma Utik mencakup aktivitas utama dan pendukung dengan nilai tambah produk keripiknya sebesar 18,56% (Rp3.266,67/kg) pada proses produksi. Berdasarkan identifikasi risiko pada rantai nilai usaha Ma Utik menggunakan analisis HOR tahap 1, terdapat 13 penyebab risiko prioritas, yaitu serangan hama lanas, bahan baku yang disimpan terlalu lama, penurunan daya beli konsumen, kualitas bahan baku yang bervariasi dan kurangnya riset pasar atau tren konsumen, kesalahan input data pesanan, kurangnya strategi pemasaran, kondisi cuaca, intensitas penggunaan mesin yang tinggi tidak adanya perjanjian formal dengan reseller/distributor, jumlah tenaga kerja yang sedikit, kesalahan pengiriman produk, serta tidak adanya standar produksi. Strategi mitigasi berdasarkan HOR tahap 2 menghasilkan 12 prioritas, yaitu pembersihan area produksi dan penyimpanan rutin, pengaturan jumlah tumpukan ubi, pengecekan bahan baku selama penyimpanan menggunakan sistem FEFO, optimalisasi media sosial untuk promosi, penerapan FIFO pada penggunaan bahan baku, survei preferensi konsumen, pencatatan stok harian, konfirmasi ulang data pesanan, penetapan standar minimum bahan baku, pengecekan kualitas bahan baku yang masuk, mengikuti tren makanan di media sosial, serta peningkatan ruang simpan tertutup.
Perpustakaan Digital ITB