Indikator dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tingkat
global maupun nasional tidak selalu dapat diterapkan secara langsung untuk
mengevaluasi capaian pembangunan di tingkat daerah. Perbedaan konteks wilayah,
relevansi indikator, dan keterbatasan data menjadi tantangan tersendiri, termasuk di
Kabupaten Lebak yang memiliki karakteristik sosial dan geografis yang kompleks.
Penelitian ini bertujuan menyusun strategi evaluasi pembangunan berkelanjutan
dimensi sosial melalui perumusan indikator yang disesuaikan berdasarkan SDGs
dan studi literatur. Hasilnya, diperoleh 12 indikator sosial yang dinilai paling
relevan dan tersedia datanya di 28 kecamatan.
Indikator dianalisis secara kuantitatif dengan pembobotan melalui pendekatan
subjektif menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan pendekatan
objektif menggunakan Growth-Oriented Sequential Relationship Analysis (GOSRA).
Nilai skor yang dihasilkan selanjutnya dianalisis secara spasial
menggunakan metode autokorelasi dan identifikasi klaster untuk melihat pola
keterkaitan antarwilayah. Skor keberlanjutan sosial berkisar antara 0,29 hingga
0,58. Kecamatan Bayah, Gunung Kencana, dan Panggarangan menempati
peringkat tertinggi, sementara Cimarga, Maja, dan Curugbitung berada di posisi
terendah. Analisis spasial menunjukkan adanya pola autokorelasi positif dan klaster
High–High di wilayah selatan serta Low–Low di wilayah tengah dan utara.
Kebaruan penelitian ini terletak pada strategi evaluasi pembangunan????berkelanjutan
tingkat daerah dan integrasi indikator lokal dengan pembobotan kombinatif dan
analisis spasial, yang belum diterapkan di tingkat kabupaten. Hasil penelitian ini
memberikan kontribusi dalam pengembangan model evaluasi sosial berbasis
spasial serta menjadi referensi kebijakan pembangunan yang berbasis data dan
konteks wilayah.
Perpustakaan Digital ITB