digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indikator dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tingkat global maupun nasional tidak selalu dapat diterapkan secara langsung untuk mengevaluasi capaian pembangunan di tingkat daerah. Perbedaan konteks wilayah, relevansi indikator, dan keterbatasan data menjadi tantangan tersendiri, termasuk di Kabupaten Lebak yang memiliki karakteristik sosial dan geografis yang kompleks. Penelitian ini bertujuan menyusun strategi evaluasi pembangunan berkelanjutan dimensi sosial melalui perumusan indikator yang disesuaikan berdasarkan SDGs dan studi literatur. Hasilnya, diperoleh 12 indikator sosial yang dinilai paling relevan dan tersedia datanya di 28 kecamatan. Indikator dianalisis secara kuantitatif dengan pembobotan melalui pendekatan subjektif menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan pendekatan objektif menggunakan Growth-Oriented Sequential Relationship Analysis (GOSRA). Nilai skor yang dihasilkan selanjutnya dianalisis secara spasial menggunakan metode autokorelasi dan identifikasi klaster untuk melihat pola keterkaitan antarwilayah. Skor keberlanjutan sosial berkisar antara 0,29 hingga 0,58. Kecamatan Bayah, Gunung Kencana, dan Panggarangan menempati peringkat tertinggi, sementara Cimarga, Maja, dan Curugbitung berada di posisi terendah. Analisis spasial menunjukkan adanya pola autokorelasi positif dan klaster High–High di wilayah selatan serta Low–Low di wilayah tengah dan utara. Kebaruan penelitian ini terletak pada strategi evaluasi pembangunan????berkelanjutan tingkat daerah dan integrasi indikator lokal dengan pembobotan kombinatif dan analisis spasial, yang belum diterapkan di tingkat kabupaten. Hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan model evaluasi sosial berbasis spasial serta menjadi referensi kebijakan pembangunan yang berbasis data dan konteks wilayah.