Perjanjian paris menargetkan pembatasan kenaikan suhu global di bawah 2°C, di mana Indonesia turut berkomitmen mencapai net zero emission pada 2060. Industri minyak dan gas berkontribusi sekitar 15% emisi secara global. Pada sisi lain, sebagai negara berkembang kita masih bergantung pada energi fosil untuk memenuhi kebutuhan Energi. Berdasarkan data dari IEA tahun 2015 Indonesia memiliki cadangan shale gas sebanyak 303 TCF yang dapat digunakan sebagai pemenuhan energi masa depan.Penelitian ini melakukan studi kasus pada lapangan shale gas (lapangan X) yaitu melakukan perhitungan emisi gas rumah kaca menggunakan metode engineering estimations. Perhitungan ini menghitung emisi metana dan karbon dioksida menggunakan data aktivitas dari setiap proses serta faktor emisi yang diterbitkan pada API Compendium 2021. Lebih lanjut dalam penelitian ini dianalisa skenario strategi pengaturan emisi agar lapangan X dapat memproduksikan fluida secara optimum dengan jumlah emisi yang lebih rendah.
Berdasarkan hasil kajian sumber emisi lapangan X emisi berasal dari dua tahap yaitu pra-produksi diantaranya proses operasi normal seperti mud deggasing pada operasi pengeboran,flowback pada hydraulic fracturing, dan operasi well test selanjutnya tahap produksi diantaranya operasi venting atau pelepasan gas diantaranya pneumatic controllers, casing gas vents, proses workover, dan beberapa alat pemrosesan gas seperti glycol dehydration dan glycol pump. Sehingga, jumlah emisi yang dihasilkan selama 12 tahun produksi diestimasikan berjumlah 90.24 juta ton CO2e. Skenario pengaturan emisi dengan melakukan kombinasi pengaturan laju alir gas dan pengaturang jumlah sumur menghasilkan titik optimum produksi lapangan X beroperasi dengan target recovery factor 26% dan laju alir di bawah 1.120 MCF/hari agar jumlah emisi berkurang 32% dari kondisi base case.
Perpustakaan Digital ITB