digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kabupaten Sintang merupakan salah satu wilayah di Kalimantan Barat yang rentan terhadap bencana banjir. Kompleksitas persoalan banjir di daerah ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor alamiah seperti curah hujan tinggi dan posisi geografis di pertemuan dua sungai besar, tetapi juga oleh faktor sosial-ekonomi dan kelembagaan yang belum mendukung upaya mitigasi secara optimal. Permasalahan tata kelola mitigasi banjir yang belum terkoordinasi secara menyeluruh menimbulkan urgensi untuk mengkaji sejauh mana praktik tata kelola kolaboratif dapat diterapkan dalam konteks lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk, peran, dan pelaksanaan tata kelola kolaboratif dalam mitigasi banjir di Kabupaten Sintang dengan tiga sasaran utama: (1) mengidentifikasi jenis dan penyebab banjir, (2) memetakan peran dan interaksi antar aktor dalam tiga fase bencana, dan (3) mengevaluasi tata kelola kolaboratif pada dimensi horizontal dan vertikal. Metode yang digunakan adalah studi kasus kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Analisis jejaring sosial (SNA) dan kerangka collaborative governance dari Ansell dan Gash digunakan sebagai alat analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banjir yang terjadi terdiri dari banjir drainase perkotaan dan banjir sungai dengan penyebab yang saling berinteraksi. Terdapat 45 aktor yang terlibat dalam mitigasi banjir, namun hubungan antarlembaga masih bersifat sektoral dengan dominasi BPBD. Kolaborasi horizontal belum berjalan efektif di tingkat kabupaten dan provinsi, sementara hubungan vertikal antara pusat, provinsi, dan kabupaten masih bersifat top-down. Kesimpulan utama menunjukkan bahwa tata kelola kolaboratif belum mencapai hasil yang diharapkan, sehingga dibutuhkan penguatan forum multipihak, kapasitas koordinatif, dan mekanisme komunikasi lintas sektor dan pemerintahan.