Salah satu upaya PLN untuk mendukung program tersebut tertuang dalam RJPP 2024-2028 adalah implementasi hidrogen hijau di sektor transportasi melalui pengembangan HRS dan green hydrogen plant dengan kapasitas hidrogen berlebih mencapai 124 ton per tahun. Meskipun pemerintah telah menargetkan pemanfaatan hidrogen di sektor transportasi sebesar 3,690 ton per tahun di 2035 dengan tahap komersialisasi FCEV mulai tahun 2031, namun PLN belum menyusun roadmap pengembangan hidrogen secara jelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan strategi yang tepat bagi PLN dalam memanfaatkan hidrogen berlebih di sektor transportasi melalui pendekatan scenario planning. Pengembangan hidrogen di Indonesia saat ini dievaluasi dengan analisis PESTLE untuk mendapatkan faktor eksternal dan Porter’s Five Factor untuk faktor internal menggunakan data sekunder. Hasil analisis tersebut digabungkan dengan data primer dari hasil wawancara semi terstruktur yang dianalisis menggunakan metode analisis konten kualitatif. Skenario disusun dalam matriks 2x2 dari ketidakpastian utama. Skenario yang paling mendekati kondisi saat ini ditentukan berdasarkan indikator sinyal peringatan dini. Penyesuaian strategi PLN ditentukan setelah dilakukan evaluasi kesesuaian opsi skenario tersebut dengan rencana program pengembangan hidrogen di sektor transportasi yang telah disusun oleh PLN.
Empat skenario yang dihasilkan merupakan kombinasi dari dua ketidakpastian utama yang teridentifikasi yaitu dukungan dan komitmen dari pemerintah untuk pengembangan hidrogen di sektor transportasi serta keekonomian hidrogen, disebut skenario Going Highway, Queueing Tickets, Asking Innovation, dan Entering Rest Area.
Hasil evaluasi atas indikator sinyal peringatan dini saat ini menunjukkan terjadi pergeseran dari skenario Entering Rest Area ke Asking Innovation sehingga diperlukan penyesuaian waktu pelaksanaan program kerja yang telah disusun oleh PLN, terutama yang terkait dengan komersialisasi dan investasi skala besar.
Perpustakaan Digital ITB