Pertumbuhan industri kendaraan bermotor yang pesat, dengan total penjualan global
mencapai 430 juta unit pada periode 2019 hingga 2023, telah meningkatkan konsumsi
ban hingga 2,47 miliar unit pada tahun 2023 (OICA, 2023). Keausan ban berkontribusi
terhadap pencemaran lingkungan, dengan melepaskan senyawa karsinogenik, seperti
polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) dan benzo[a]pyrene (BaP). Untuk memitigasi
dampak ini, Uni Eropa melalui Directive 2005/69/EC menetapkan batas maksimum PAH
dalam Rubber Processing Oil (RPO) di bawah 10 ppm, serta BaP di bawah 1 ppm, guna
mendorong produksi ban yang lebih aman secara lingkungan.
Rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah apakah ekstraksi superkritik berbasis
n-alkana dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih efektif dibandingkan ekstraksi
cair-cair konvensional, guna menurunkan kadar polisiklik aromatik (PCA) dalam RPO
hingga di bawah 3%, dengan rendemen produk yang lebih tinggi dan keekonomian yang
layak untuk skala industri.
Secara konvensional, ekstrak hidrokarbon dengan kadar PCA di bawah 3% diperoleh
melalui dua tahap ekstraksi furfural secara serial, dengan heksana sebagai pengencer
untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi tahap kedua. Namun, teknologi ini memiliki
kendala lingkungan, karena furfural bersifat toksik, serta biaya operasional tinggi, akibat
kebutuhan dua tahap pemurnian produk dari sisa pelarut dan pengencer.
Disertasi ini berfokus pada penggunaan pelarut alkana dalam ekstraksi superkritik, guna
menurunkan kadar PCA dan PAH hingga di bawah 3%, dengan rendemen produk yang
lebih tinggi dibandingkan metode konvensional. Penggunaan n-alkana tidak hanya
berfungsi sebagai pengencer, tetapi juga sebagai pelarut aktif dalam pemisahan PCA dan
PAH, sehingga proses produksi RPO dapat dilakukan secara lebih efisien.
Kompleksitas karakterisasi umpan ekstrak hidrokarbon, yang merupakan produk samping
dari produksi Lube Base Oil, menjadi tantangan utama dalam pengembangan ekstraksi
superkritik. Oleh karena itu, karakterisasi senyawa hidrokarbon dilakukan melalui analisis sifat fisik dan kimia, mencakup densitas, komposisi SARA (Saturates, Aromatics,
Resins, Asphaltenes), PiONA (Parafinik, Iso-Parafinik, Olefin, Naftenik, Aromatik),
kandungan sulfur dan nitrogen, serta rasio karbon terhadap hidrogen. Profil titik didih
ditentukan menggunakan Gas Chromatography, untuk memperoleh distribusi komponen
dari titik didih awal hingga titik didih akhir.
Komposisi SARA dalam produk turunan hidrokarbon tersier, seperti ekstrak hidrokarbon,
telah mengalami perubahan signifikan dibandingkan minyak mentah. Kandungan SARA
dalam umpan ekstrak hidrokarbon (2,83% Saturates; 47,51% Aromatics; 42,23% Resins;
7,43% Asphaltenes) menghasilkan Colloidal Inhibitor Index (CII) sebesar 0,11, yang
dikategorikan sebagai minor atau sangat stabil, karena dominasi komponen aromatik
berkontribusi terhadap kestabilan senyawa hidrokarbon tersebut.
Prediksi simulasi ekstraksi superkritik, menggunakan Aspen HYSYS v.11 untuk
pemodelan termodinamika serta Aspen Plus v.14 untuk validasi diagram ternary
kesetimbangan fasa, menunjukkan bahwa peningkatan tekanan hingga kondisi superkritik
dapat menurunkan kelarutan Oil dan memungkinkan perpindahan fasa. Sementara itu,
peningkatan temperatur justru meningkatkan kelarutan Oil, sehingga menghambat
pemisahan PCA. Optimasi simulasi menunjukkan bahwa dalam ekstraksi multi-tahap,
estimasi rendemen dengan heksana sebesar 7,23% (PCA 2,61%), dan dengan heptana
sebesar 4,66% (PCA 2,64%). Hasil ini menunjukkan efektivitas metode ini dalam
pemurnian PCA.
Percobaan basah laboratorium pada umpan ekstrak LMO dengan kadar PCA awal
31,59%, menunjukkan bahwa pada 300°C, 65 bar, dan SFR 10, ekstraksi satu tahap
dengan pelarut heksana menghasilkan rendemen produk sebesar 12,35%, dengan
penurunan kadar PCA hingga 21,69% (persentase penurunan 31,24%). Sebaliknya,
percobaan dengan pelarut heptana pada kondisi sama tetapi SFR 5, menghasilkan
rendemen lebih tinggi sebesar 13,81%, tetapi penurunan kadar PCA lebih kecil, dari
36,97% menjadi 32,00% (penurunan hanya 13,44%).
Model simulasi ekstraksi superkritik dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi
eksperimen dan akurasi estimasi parameter proses, serta divalidasi menggunakan
pendekatan pseudo-komponen SARA berdasarkan data titik didih umpan. Model
ekstraksi hidrokarbon kompleks dibangun dengan 33 molekul pseudo-komponen berbasis
fraksi SARA, divalidasi dengan kurva titik didih, menghasilkan RMSD sebesar 3,192.
Hasil ini menunjukkan akurasi pemodelan yang tinggi.
Hasil optimasi simulasi ekstraksi superkritik multi-tahap, pada kondisi temperatur 300°C,
tekanan 60 bar, dan SFR 20, menunjukkan bahwa rendemen produk fasa atas dapat
mencapai 52,4%, dengan pemisahan kadar PCA hingga 13,6%, membuktikan efektivitas
metode ini dalam pemurnian PCA dibandingkan ekstraksi satu tahap.
Estimasi keekonomian menunjukkan bahwa pada kapasitas produksi TDAE sebesar 30
KTA, proses ekstraksi superkritik memiliki IRR sebesar 46,5%, dengan masa
pengembalian investasi (payback period) selama 4,6 tahun, mendukung kelayakan
implementasi produksi RPO ramah lingkungan, menggunakan n-alkana sebagai pelarut
sekaligus pengencer dalam sistem ekstraksi superkritik.
Penelitian ini telah menjawab rumusan masalah utama, yakni membuktikan bahwa
ekstraksi superkritik berbasis n-alkana mampu menurunkan kadar PCA hingga di bawah
3%, dengan rendemen produk yang lebih tinggi dibandingkan metode ekstraksi cair-cair
konvensional. Selain itu, kebaruan penelitian telah diimplementasikan, melalui: (a)
Pendekatan pemodelan pseudo-component untuk sistem hidrokarbon kompleks, (b)
Validasi kurva titik didih, serta (c) Penggunaan skema ekstraksi bertingkat untuk
meningkatkan efisiensi pemisahan PCA.
Dengan demikian, teknologi ekstraksi superkritik dengan n-alkana menawarkan alternatif
yang lebih efektif, selektif, dan ekonomis, untuk menghasilkan RPO berkualitas tinggi,
sesuai dengan standar regulasi lingkungan.
Perpustakaan Digital ITB