Perkembangan studi akademis mengenai healing garden melonjak drastis pada awal tahun 2023, yaitu sebanyak 17 jumlah studi dari yang sebelumnya di tahun 2022 berjumlah 3 studi. Hal ini menandakan tren dan kebutuhan healing garden di Indonesia semakin meningkat. Studi membuktikan ketersediaan healing garden di rumah sakit selain berdampak positif bagi kesehatan, berfungsi sebagai fasilitas pendukung penyembuhan pasien, dan bersifat antithesis terhadap suasana rumah sakit. Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) yang menjadi rujukan tertinggi di Provinsi Jawa Barat mengusung konsep Green Hospital sehingga ketersediaan healing garden di rumah sakit ini harus selaras dengan perkembangan konsep rumah sakit kedepannya.
Ruang terbuka hijau yang tersedia di RSHS sudah tersedia dibanyak titik diantara masa bangunan, namum belum dimanfaatkan sebagai healing garden. Menyadari dampak mendalam healing garden terhadap psikologis, sosial, dan lingkungan kepada pasien, tenaga medis, dan pendamping pasien, tesis ini membahas tiga rumusan masalah utama: menilai ruang luar yang ada di rumah sakit yang berpotensi dikembangkan menjadi healing garden; mengidentifikasi elemen pendekatan desain yang bisa diterapkan pada konsep healing garden dengan menyesuaikan kondisi eksisting area potensial; dan mengembangkan konsep dan desain penerapan yang disesuaikan dengan kondisi ruang luar rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut, penelitian ini mengejar tiga tujuan: menganalisis kondisi eksisting ruang luar dan menemukan ruang luar yang potensial untuk dikembangkan menjadi healing garden, menganalisis elemen yang mendukung proses penyembuhan proses rehabilitasi, dan pada akhirnya, merumuskan desain lanskap healing garden di RSHS.
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada taman kantong yang tersebar merata di area rumah sakit dan yang sesuai dengan kriteria kebutuhan healing garden untuk 11 program rehabilitasi medik. Metode perancangan dimulai dari perumusan data sekunder berupa program rehabilitasi terkait, 5 stimulus indra yang diperlukan, dan 4 stimulus peran healing garden yang dibutuhkan, yang kemudian menghasilkan skema dan analisis kebutuhan stimulus indra dan stimulus peran. Kemudian dirumuskan matrix studi preseden dan konsiderasi luasan serta paparan keramaian untuk masing-masing program rehabilitasi hingga menghasilkan peta kesesuaian penempatan kelompok program rehabilitasi. Hal ini menjadi dasar masterplan dan perancangan masing-masing healing garden pada ruang terpilih.
Hasil perancangan mengelompokkan 11 program rehabilitasi yang sudah ada di RSHS menjadi 5 kelompok rehabilitasi. Pemanfaatan taman kantong pada RSHS dibagi menjadi healing garden kelompok rehabilitasi 1 dan 3, healing garden kelompok rehabilitasi 2, healing garden kelompok rehabilitasi 4, dan healing garden kelompok rehabilitasi 5, dan taman pendukung healing garden. Fasilitas dan elemen lanskap pada masing-masing healing garden merespon pada kebutuhan tiap kelompok rehabilitasi dari segi kebutuhan stimulus indra dan kebutuhan stimulus peran. Hal ini menjadi rujukan perancangan dan pengembangan konsep desain. Konsep dan desain yang dihasilkan menyediakan fasilitas yang memaksimalkan taman kantong eksisting menjadi healing garden yang bersifat restoratif, aksesibel, dan berkontribusi aktif dalam memfasilitasi pasien rehabilitasi, petugas medis, dan pendamping pasien RSHS secara keseluruhan.
Perpustakaan Digital ITB