Industri minyak dan gas Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam
mengeksplorasi reservoir dengan resistivitas rendah, seperti Formasi Talang Akar
di Sumatra Selatan, Formasi Tanjung di Kalimantan Timur, dan Formasi Gumai di
Sumatra Selatan dan Jawa Barat. Reservoir ini sering mengandung tanah liat,
pasir liat, dan mineral konduktif, yang memperumit interpretasi log geofisika,
sehingga mengakibatkan potensi hidrokarbon yang terlewat. Metode umum
seperti Hukum Archie sering digunakan untuk menghitung saturasi air, tetapi
cenderung tidak akurat pada formasi dengan konduktivitas tinggi akibat
kandungan tanah liat. Metode Simandoux mencoba mengatasi keterbatasan ini
dengan mempertimbangkan konduktivitas tanah liat, tetapi asumsi distribusi tanah
liat yang homogen sering kali tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Penelitian
ini mengusulkan modifikasi terhadap metode Simandoux dengan
memperhitungkan perilaku konduktivitas tanah liat yang non-linier dan parameter
spesifik formasi yang diperoleh dari analisis inti. Pendekatan ini mengintegrasikan
data log multi-parameter dan model petrofisik lanjutan untuk mengatasi
heterogenitas mineralogi dan distribusi tanah liat. Hasilnya menunjukkan bahwa
metode Simandoux yang dimodifikasi memberikan estimasi saturasi air yang
lebih akurat di zona dengan resistivitas rendah. Validasi dengan data inti dan
produksi menunjukkan peningkatan keandalan model ini, yang mendukung
pengembangan lapangan dan eksplorasi hidrokarbon yang optimal di Indonesia.