digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Jatinangor merupakan kawasan pendidikan namun tidak adanya aturan dan tata letak kota yang baik sehingga berbagai permasalahan mulai tampak seiring semakin bertambahnya penduduk yang datang dari luar Jatinangor karena tingginya aktivitas pendidikan. Terdapat 172 unit rumah makan di Jatinangor dengan total timbulan sampah sebesar 1,23 ton/hari dan sampah organik mendominasi dengan angka 80%. Hasil wawancara menyebutkan bahwa 59% sektor rumah makan di Jatinangor melakukan penanganan sampah secara mandiri. Lebih rinci hasil sampling timbulan sampah organik dari restoran, rumah makan, kedai makan/minuman, dan PKL berturut-turut diperoleh 0,092 kg/kursi/hari, 0,359 kg/kursi/hari, 0,073 kg/kursi/hari, dan 0,734 kg/hari. Layanan Sampurasa dirancang dengan menggunakan prinsip design thinking, user experience sebagai landasan utama dan circular economy sebagai motor penggerak keberlanjutan layanan. Sampurasa berfokus untuk mengelola sampah organik rumah makan dengan menerapkan pengolahan anaerobik digester untuk memproduksi biogas yang juga bisa dikonversi menjadi listrik dan produk samping yaitu kompos, pengolahan upcycle sampah kayu dari tusuk sate dan sumpit, serta pembuatan eco-enzyme dengan melakukan fermentasi pada sampah sisa buah. Biaya investasi secara keseluruhan yang perlu dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 3.000.000.000 dengan biaya penanganan sampah sebesar Rp. 92.000/kg. Pendapatan yang diperoleh dari biaya layanan pada rumah makan dan penjualan produk hasil pengolahan berturut-turut sebesar Rp. 221.388.000/tahun dan Rp. 2.258.712.000.