digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Studi ini menyelidiki hubungan antara kompensasi berbasis ekuitas CEO (EBC) dan pertumbuhan CSR jangka pendek, yang diukur melalui perubahan peringkat ESG, dengan pengalaman internasional CEO sebagai faktor moderasi. Dengan menggunakan sampel perusahaan S&P 500 dari tahun 2021 hingga 2022, studi ini menerapkan teori keagenan dan teori pembayaran orang untuk memeriksa apakah rasio EBC yang lebih tinggi berdampak negatif pada pertumbuhan CSR dan apakah pengalaman internasional CEO mengurangi dampak ini. Regresi OLS dengan kesalahan standar yang kuat digunakan untuk menyelidiki hubungan ini dengan menggunakan kumpulan data yang terdiri dari 232 observasi. Hasil riset ini tidak mendukung hipotesis mana pun, karena tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara EBC dan pertumbuhan ESG, dan pengalaman internasional CEO juga tidak memoderasi hubungan ini. Hal ini menunjukkan bahwa struktur kompensasi CEO dan pengalaman internasional saja mungkin tidak cukup menjadi penentu pertumbuhan CSR, bertentangan dengan beberapa studi sebelumnya yang telah menghubungkan insentif eksekutif dengan hasil keberlanjutan. Sebaliknya, faktor industri tampaknya memainkan peran yang lebih penting dalam perubahan peringkat ESG. Temuan ini sejalan dengan literatur yang menunjukkan bahwa regulasi khusus sektor, tekanan pemangku kepentingan, dan model operasional dapat memiliki dampak yang lebih langsung pada kinerja CSR daripada karakteristik eksekutif. Studi ini berkontribusi pada literatur yang ada dengan menantang asumsi sebelumnya dan menekankan perlunya penelitian lebih lanjut tentang penentu alternatif pertumbuhan CSR, seperti mekanisme tata kelola perusahaan, lingkungan regulasi, dan ekspektasi investor yang terus berkembang. Selain itu, penelitian di masa mendatang dapat mengeksplorasi apakah insentif CEO jangka panjang, daripada struktur kompensasi jangka pendek, memiliki efek yang lebih nyata pada inisiatif keberlanjutan.