
Dokumen Asli
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Dessy Rondang Monaomi
» Gedung UPT Perpustakaan
Ketidakseimbangan data pada klasifikasi tahapan tidur menggunakan sinyal EEG
satu kanal dapat menyebabkan model cenderung bias terhadap kelas mayoritas,
sehingga menurunkan akurasi prediksi kelas minoritas. Penelitian ini mengevaluasi
efektivitas teknik oversampling, yaitu SMOTE dan ADASYN, dalam
meningkatkan keseimbangan prediksi pada model machine learning (Random
Forest, Decision Tree) dan deep learning (AttnSleep). Dataset yang digunakan
adalah Sleep-EDF-20 dan Sleep-EDF-78 dengan rasio oversampling 1:1, 1:2, dan
1:3. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pada model machine learning, metode
SMOTE dengan rasio 1:3 memberikan performa terbaik dalam meningkatkan
keseimbangan prediksi. Pada Random Forest dengan dataset Sleep-EDF-20,
SMOTE (1:3) meningkatkan Macro F1-Score (MF1) dari 66,51% menjadi 68,19%
(+1,68%), Macro-Averaged G-Mean (MGm) dari 76,14% menjadi 79,19%
(+3,05%), dengan penurunan akurasi yang minimal dari 77,75% menjadi 77,07%
(-0,68%). Hasil serupa terlihat pada model Decision Tree dengan MF1 meningkat
dari 63,24% menjadi 65,51% (+2,27%) dan MGm dari 74,06% menjadi 77,84%
(+3,78%), dengan penurunan akurasi sebesar 0,90%. Teknik ADASYN (1:3) juga
memberikan hasil yang kompetitif, meskipun sedikit di bawah SMOTE (1:3).
Sebaliknya, pada model deep learning AttnSleep, penerapan teknik oversampling
justru menurunkan performa secara keseluruhan. Pada dataset Sleep-EDF-20,
SMOTE (1:3) menurunkan MF1 dari 78,68% menjadi 78,11% dan MGm dari
86,89% menjadi 85,73%, meskipun akurasi sedikit meningkat dari 84,11% menjadi
84,61% (+0,50%). ADASYN (1:3) memberikan pola serupa, dengan MF1 turun
menjadi 78,44% dan MGm menjadi 86,23%. Dengan demikian, peningkatan
jumlah sampel kelas minoritas yang tidak terlalu agresif, seperti SMOTE (1:3)
direkomendasikan untuk meningkatkan keseimbangan prediksi pada model
machine learning, sedangkan teknik oversampling tidak efektif pada model deep
learning.