digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Partikulat terespirasi adalah partikulat dengan ukuran 2-5 µm yang karena sifat aerodinamiknya dapat masuk ke dalam saluran pernafasan dan terdeposit dalam paru-paru, serta merusak alveoli sehingga membahayakan kesehatan manusia. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui paparan partikulat terespirasi pada masyarakat dengan melakukan karakterisasi unsur-unsur kimia yang terkandung di dalamnya sebagai bentuk identifikasi bahaya. Hasil identifikasi dan karakterisasi tersebut digunakan untuk menghitung nilai IEC (Inhalation Exposure Concentration). Nilai tersebut menggambarkan konsentrasi partikulat terespirasi dan kandungan unsur-unsur kimia di dalamnya yang diperkirakan berpotensi untuk masuk ke dalam paru-paru bersama udara inspirasi pada periode waktu tertentu. Tahap tersebut merupakan tahap awal dari studi epidemiologi yang mengaitkan kejadian penyakit saluran pernafasan dengan hasil identifikasi dan karakterisasi partikulat terespirasi. Penelitian dilakukan di empat kawasan di Kota Bandung yang juga digunakan sebagai lokasi stasiun pemantau kualitas udara oleh BPLHD Jawa Barat. Pengambilan sampel partikulat terespirasi menggunakan personal sampler. Rata-rata konsentrasi paparan partikulat terespirasi pada hari kerja yang diperoleh pada masing-masing lokasi adalah sebesar 82,38 µg/m3 (Tegalega), 67,93 µg/m3 (Aria Graha), 51,30 µg/m3 (Dago Pakar), dan 72,65 µg/m3 (Cisaranten Wetan), sedangkan untuk akhir pekan diperoleh sebesar 56,98 µg/m3 (Tegalega), 63,19 µg/m3 (Aria Graha), 51,27 µg/m3 (Dago Pakar), dan 75,89 µg/m3 (Cisaranten Wetan). Unsur-unsur kimia yang diidentifikasi adalah unsur Br, Mn, Al, I, V, Cl, Ti, Na, Hg, Pb, dan black carbon (BC). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partikulat terespirasi yang dihirup oleh penduduk sebagai reseptor di kawasan Tegalega, Aria Graha, Dago Pakar, dan Cisaranten Wetan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi PM2,5 udara ambien di lokasi yang sama. Kemungkinan sumber pencemar yang mempengaruhi keberadaan partikulat terespirasi di Kota Bandung didominasi oleh sumber transportasi. Konsentrasi tertinggi untuk sebagian besar unsur-unsur yang terkandung dalam partikulat terespirasi diperoleh di Cisaranten Wetan. Penduduk yang beraktivitas di luar ruangan di kawasan Tegalega dan Cisaranten Wetan berpotensi terpapar polutan partikulat terespirasi lebih tinggi dibandingkan penduduk dengan aktivitas di luar ruangan di Aria Graha dan Dago Pakar.